Jakarta (Antara News) - Perjuangan keras pebulutangkis Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad serta atlet angkat besi Sri Wahyuni dan Eko Yuli Irawan di Olimpiade 2016 bukan hanya berbuah medali dan kebanggaan bagi Indonesia, namun juga memberi berkah bagi mereka berupa bonus miliaran rupiah dan berbagai hadiah.

         Sesuai janji Pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga, bulan September mendatang bonus mereka sudah bisa dicairkan, yakni masing-masing Rp5 miliar untuk Tontowi dan Liliyana sebagai peraih medali emas, serta masing Rp2 miliar bagi Sri Wahyuni dan Eko yang meraih medali perak pada pesta olahraga sejagat tersebut.

         Hadiah tersebut belum termasuk tunjangan tetap sebesr Rp20 juta per bulan bagi peraih emas dan Rp15 juta bagi peraih perak.

         Selain hadiah dari Pemerintah, para Olimpian tersebut juga bakal kebanjiran bonus dari berbagai pihak.

         Misalnya Pemda Sulawesi Utara, tempat asal Liliyana Natsir, sudah menyiapkan hadiah berupa sebuah rumah di Kota Manado senilai Rp500 juta. Hadiah rumah juga dijanjikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI) Rosan Roeslani untuk Sri Wahyuni dan Eko Yuli.

         Menurut Menpora Imam Nahwari, sudah sepantasnya mereka mendapat hadiah tersebut atas perjuangannya memberi kebanggaan kepada bangsa di event yang berat seperti Olimpiade.

         "Diharapkan ini juga memotivasi atlet-atlet Indonesia lainnya untuk menjadi Olimpian," kata Menpora seusai mendampingi para atlet yang baru pulang dari Rio de Janeiro, Brazil, baru-baru ini.

         Bonus hingga Rp5 miliar tersebut merupakan rekor sendiri dan yang terbesar dibandingkan pada Olimpiade-olimpiade atau pesta olahraga multievent sebelumnya.

         Namun bonus besar tersebut bukan hal yang mudah didapat tanpa perjuangan berat. Buktinya pada Olimpiade 2016 ini, hanya Tontowi/Liliyana yang mampu memetik bonus tersebut.

    
                                  Tradisi Bonus
        Penghargaan berupa hadiah atau bonus bagi atletnya yang menjuarai Olimpiade bukan hanya dilakukan Indonesia, namun juga oleh berbagai negara lainnya, tentunya dalam jumlah dan kebijakan yang berbeda-beda.

         Seperti dikutip dari The Straits Times, perenang Singapura Joseph Schooling yang meraih medali emas pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, emas pertama Singapura dalam sejarah Olimpiade, mendapat hadiah sebesar 1 juta dolar Singapura, atau setara dengan Rp9,7 miliar.

         Bonus bagi Schooling yang diberikan melalui Komite Olimpiade Singapura tersebut terbilang yang terbesar di antara atlet-atlet peraih emas Olimipiade 2016.

         Schooling membuat kejutan besar pada Olimpiade tahun ini ketika ia berhasil mengalahkan perenang top Amerika Serikat Michael Phelps pada nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra.

         Seperti halnya Tontowi/Liliyana di Indonesia, Schooling yang menjadi pahlawan olahraga Singapura, juga mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Singapura begitu ia tiba di negaranya.

         Negara lainnya yang memberi bonus besar bagi atletnya di antaranya Azerbaijan yang menyediakan hadiah 250 ribu dolar AS bagi peraih medali emas Olimpiade. Nilai yang hampir sama didapat oleh atlet Kazhakstan.

         Italia membanderol hadiah 185 ribu dolar AS bagi peraih medali emas, Prancis 66 ribu dolar, sedangkan Afrika Selatan menjanjikan 36 ribu dolar AS.

         Amerika Serikat yang merupakan juara umum pada Olimpiade ke-31 di Rio de Janeiro 5-21 Agustus 2016 itu memiliki standar tersendiri untuk bonus bagi atletnya yang meraih medali.

         Menurut Fox Sports, untuk setiap medali emas, atlet AS mendapat bonus sebesar 25 ribu dolar AS. Bonus juga didapat untuk peraih perak dan perunggu.

         AS pada Olimpade 2016 meraih total 46 emas, 37 perak, dan 38 perunggu, jadi total bonus yang dikeluarkan jumlahnya bakal cukup besar, meskipun secara individual nilai yang didapat setiap atlet peraih medalinya tidak sebesar yang didapat atlet Indonesia, Singapura atau pun Azerbaijan.

         Tuan rumah Brazil memberi bonus yang nilainya sama antara peraih medali emas, perak maupun perunggu, yakni masing-masing sebesar 11 ribu dolar AS. Untuk peraih medali nomor beregu, masing-masing anggota tim mendapat separuh dari nilai tersebut.

         Namun ada juga negara yang sejauh ini belum ada kabar bahwa atletnya bakal mendapat bonus setelah meraih medali pada Olimpiade 2016. Misalnya Inggris yang sukses menduduki peringkat kedua klasemen umum perolehan medali.

         Namun untuk mencatat sukses di Rio de Janeiro, Inggris  dikabarkan telah menginvestasikan jutaan pound sterling dalam persiapan mereka, termasuk untuk kebutuhan para atletnya.

         Di Indonesia sendiri, bonus belum merupakan kewajiban yang harus selalu ada jika atlet meraih medali di ajang multievent seperti Olimpiade.

         Bisa jadi untuk Olimpiade berikutnya, nilai bonus tidak lagi Rp5 miliar, tapi lebih besar atau lebih kecil, bahkan tidak ada sama sekali, tergantung kebijakan dan situasi nantinya.

         Belum ada standar aturan yang mengikat. Bahkan ketika pasangan ganda campuran Indonesia Tontowi/Liliyana meraih emas, sempat muncul polemik apakah bonus Rp5 miliar itu dibagi dua atau untuk masing-masing. Namun akhirnya diputuskan bahwa masing-masing berhak atas Rp5 miliar.

         Kalangan atlet Indonesia sendiri menyatakan senang dengan adanya bonus tersebut yang tidak mereka perkiraan sebelumnya.

         Seperti dikemukan Eko Yuli Irawan, peraih perak angkat besi kelas 62 kg putra. Sejak awal tidak tidak terlalu memikirkan bakal terima bonus atau tidak, dan fokusnya dalam persiapan ke Brazil adalah tampil maksimal untuk meraih yang terbaik.

         "Saya bersyukur jika memang bakal ada bonus bagi saya," kata Eko seusai meraih medali perak tersebut.

        Ia sendiri masih berkeinginan untuk bisa tampil lagi pada Olimpiade Tokyo 2020 dan menargetkan meraih medali emas yang belum juga didapatnya, terlepas nanti akan ada bonus atau tidak.

Pewarta : Teguh Handoko
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024