Makassar (Antara News) - Komando Daerah Militer (Kodam) VII Wirabuana menggelar sarasehan menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66 pada 20 Juni 2016 dengan membahas tentang ancaman Froxy War yang sudah mulai terang-terangan dilakukan kepada generasi muda.
"Saat ini musuh nyata tidak lagi gencatan senjata untuk berperang, melainkan musuh kita adalah melawan ancaman froxy war atau gerakan sistematis melalui internet, narkoba dan sejumlah lainnya untuk meruntuhkan nasionalisme kita," ujar Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Agus SB di Makassar, Jumat.
Agus menambahkan langkah untuk mengantisipasi serangan froxy war tersebut diperlukan kerja sama dengan semua pihak termasuk masyarakat ikut berperang dan bersatu melawan serangan musuh. Tema HUT Kodam VII Wirabuana ke-66, kata dia, adalah 'Tentara Sahabat Rakyat'.
Selain itu gerakan-gerakan teroris yang terus mengacaukan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, lanjutnya terus dilakukan antisipasi. Serangan Froxy juga dianggap sebagai serangan teroris menyerang secara perlahan-lahan.
Hadir di perbincangan tentang perjalanan Kodam dari berbagai sudut pandang tidak hanya Mayjen Agus yakni Dr Edward Poelinggomang selaku Sejarawan dari Unhas, Staf Ahli Kepresidenan RI Notrida G.B Mandica Nur, Prof Taslim Arifin dan Brigjen Purn Bachtiar.
Usai Saresehan, Agus saat ditanya wartawan terkait adanya salah satu anggota Teroris jaringan Santoso di Poso tertangkap, kata Agus membenarkan adanya penangkapan satu orang diduga anggota Santoso. "Laporannya ada masuk, dan saya ke Poso tadi pagi, saya dengar begitu. Ada satu diduga kuat anggota kelompok santoso di tangkap di pemukiman warga," sebutnya.
Selain itu berdasarkan informasi diketahui anggota Santoso memperketat adanya anggota keluar sarang kecuali sangat terpaksa karena sudah terjepit dan wilayahnya mulai di blokir tim antiteror dan pasukan TNI . "Hasil interogasi sementara anggota yang diduga jaringan Santoso ini mengaku bila keluar dari kelompok tersbut akan mendapat hukuman berupa jarinya dipotong," ucap suami artis Bella Saphira ini.
Meski begitu disisi lain kelompok Santoso sudah terdesak, namun pihaknya tidak akan lengah sedikitpun. Dirinya berharap selama operasi pemberantasan teroris di Poso dapat membentengi dan melindungi masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah operasi.
"Saat ini musuh nyata tidak lagi gencatan senjata untuk berperang, melainkan musuh kita adalah melawan ancaman froxy war atau gerakan sistematis melalui internet, narkoba dan sejumlah lainnya untuk meruntuhkan nasionalisme kita," ujar Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Agus SB di Makassar, Jumat.
Agus menambahkan langkah untuk mengantisipasi serangan froxy war tersebut diperlukan kerja sama dengan semua pihak termasuk masyarakat ikut berperang dan bersatu melawan serangan musuh. Tema HUT Kodam VII Wirabuana ke-66, kata dia, adalah 'Tentara Sahabat Rakyat'.
Selain itu gerakan-gerakan teroris yang terus mengacaukan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, lanjutnya terus dilakukan antisipasi. Serangan Froxy juga dianggap sebagai serangan teroris menyerang secara perlahan-lahan.
Hadir di perbincangan tentang perjalanan Kodam dari berbagai sudut pandang tidak hanya Mayjen Agus yakni Dr Edward Poelinggomang selaku Sejarawan dari Unhas, Staf Ahli Kepresidenan RI Notrida G.B Mandica Nur, Prof Taslim Arifin dan Brigjen Purn Bachtiar.
Usai Saresehan, Agus saat ditanya wartawan terkait adanya salah satu anggota Teroris jaringan Santoso di Poso tertangkap, kata Agus membenarkan adanya penangkapan satu orang diduga anggota Santoso. "Laporannya ada masuk, dan saya ke Poso tadi pagi, saya dengar begitu. Ada satu diduga kuat anggota kelompok santoso di tangkap di pemukiman warga," sebutnya.
Selain itu berdasarkan informasi diketahui anggota Santoso memperketat adanya anggota keluar sarang kecuali sangat terpaksa karena sudah terjepit dan wilayahnya mulai di blokir tim antiteror dan pasukan TNI . "Hasil interogasi sementara anggota yang diduga jaringan Santoso ini mengaku bila keluar dari kelompok tersbut akan mendapat hukuman berupa jarinya dipotong," ucap suami artis Bella Saphira ini.
Meski begitu disisi lain kelompok Santoso sudah terdesak, namun pihaknya tidak akan lengah sedikitpun. Dirinya berharap selama operasi pemberantasan teroris di Poso dapat membentengi dan melindungi masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah operasi.