Unaaha (Antara News) - Petani tambak ikan bandeng dan udang di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengharapkan penyuluh perikanan proaktif turun ke lapangan untuk mengetahui secara pasti kebutuhan atau keluhan petani.
Kadis Perikanan dan Kelautan Sultra Askabul Kijo di Unaaha, Senin, mengatakan penyuluh perikanan budidaya atau perikanan darat ditunggu kehadirannya di lapangan oleh petani tambak untuk mempertanyakan permasalahan yang mereka alami.
"Biasanya petani ingin berkonsultasi berkaitan dengan kadar air, warna air maupun aroma air dalam tambak karena ikut mempengaruhi pertumbuhan ikan maupun udang milik petani," katanya.
Namun, salah satu penyebab minimnya penyuluh mendampingi petani dalam mengurus atau merawat tambak karena tenaga penyuluh sangat terbatas.
Dinas Kelautan dan Perikanan selalu menyarankan kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) tentang alokasi penerimaan formasi tenaga penyuluh pertanian secara luas untuk menjawab kebutuhan petani.
Penyuluh perikanan Kabupaten Konawe Maharuddin mengatakan tenaga penyuluh perikanan sangat terbatas.
"Bisa dibayangkan satu orang penyuluh perikanan harus melayani sekitar 800 hektare tambak dengan sebaran tiga hingga empat kecamatan. Hampir dipastikan tidak maksimal dalam pelayanan," kata Maharuddin.
Menurut dia para petani mengembangkan usaha tambak belajar secara alamiah dari pengalaman berpuluh-puluh tahun.
"Petani menggunakan pupuk atau obat-obatan untuk menjaga kualitas air berdasarkan pengalaman atau antarpetani tukar informasi," katanya.
Kadis Perikanan dan Kelautan Sultra Askabul Kijo di Unaaha, Senin, mengatakan penyuluh perikanan budidaya atau perikanan darat ditunggu kehadirannya di lapangan oleh petani tambak untuk mempertanyakan permasalahan yang mereka alami.
"Biasanya petani ingin berkonsultasi berkaitan dengan kadar air, warna air maupun aroma air dalam tambak karena ikut mempengaruhi pertumbuhan ikan maupun udang milik petani," katanya.
Namun, salah satu penyebab minimnya penyuluh mendampingi petani dalam mengurus atau merawat tambak karena tenaga penyuluh sangat terbatas.
Dinas Kelautan dan Perikanan selalu menyarankan kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) tentang alokasi penerimaan formasi tenaga penyuluh pertanian secara luas untuk menjawab kebutuhan petani.
Penyuluh perikanan Kabupaten Konawe Maharuddin mengatakan tenaga penyuluh perikanan sangat terbatas.
"Bisa dibayangkan satu orang penyuluh perikanan harus melayani sekitar 800 hektare tambak dengan sebaran tiga hingga empat kecamatan. Hampir dipastikan tidak maksimal dalam pelayanan," kata Maharuddin.
Menurut dia para petani mengembangkan usaha tambak belajar secara alamiah dari pengalaman berpuluh-puluh tahun.
"Petani menggunakan pupuk atau obat-obatan untuk menjaga kualitas air berdasarkan pengalaman atau antarpetani tukar informasi," katanya.