Jakarta (Antara News) - Anggota Komisi XI DPR RI Mukhammad
Misbakhun optimistis perekonomian nasional Indonesia akan semakin baik pada 2016 dibandingkan tahun 2015.

        "Prediksi tersebut didasarkan atas kondisi perekonomian global
dan regional yang mulai stabil," kata Mukhammad Misbakhun melalui
siaran persnya, di Jakarta, Selasa.

        Menurut Misbakhun, perekonomian nasional Indonesia pada 2015 ada
yang memprediksi bakal sangat anjlok terimbas oleh pelambatan
perokonomian global, ternyata tidak seburuk yang diperkirakan.

        Capaian kondisi ekonomi nasional Indonesia pasa 2015 tetap baik,
kata dia, karena kinerja kabinet pada pemerintahan Presiden Widodo
sudah cukup baik, terutama Menteri Keuangan Bambang Brodjenegoro yang
bekerja keras mengantisipasi kemungkinan tersebut.

        Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI itu juga meyakini target
pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2016 pada kisaran 5 persen hingga
5,5 persen, dapat dicapai.

        "Pada saat perekonomian global melambat, Pemerintah Indonesia masih mampu menahan angka pertumbuhan ekonomi pada angka 4,7 persen hingga 4,8 persen," katanya.

        Misbakhun menambahkan, jika dikaitkan dengan inflasi, maka
pertumbuhan ekonomi nasional pada 2015 tetap lebih baik dari pada
tahun 2014.

        Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2015
mencapai 4,8 persen dengan inflasi 3,35 persen.

        Sementara, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2014 mencapai 5,0
persen, tapi inflasinya mencapai 8,8 persen.

        "Tingginya inflasi itu menggerogoti pertumbuhan ekonomi," katanya.

        Mantan Pegawai Ditjen Pajak Kementerian Keuangan ini
menambahkan, pada sisi kebijakan moneter, pada 2016, sudah ada
kepastian tingkat suku buka di Amerika Serikat, yang berimplikasi
atas ketenangan pada pasar uang dan pasar modal.

        Kondisi saat ini, kata dia, akan membuat nilai tukar rupiah
stabil, sehingga volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat dijaga pada kisaran Rp13.900 per dolar AS seperti yang direncanakan dalam APBN 2016.

        Politisi Partai Golkar ini juga mengingatkan, kendala yang
mungkin terjadi pada 2016 adalah menurunnya nilai ekspor Indonesia
baik dari komoditas, mineral, maupun migas.

        Harga komoditas minyak sawit atau "crude palm oil" (CPO) dan
karet yang jatuh, kata dia, masih menjadi masalah sehingga
mempengaruhi nilai ekspor dan jumlah cadangan devisa Indonesia.

        Menurut dia, Pemerintah dapat mengatasinya dengan memperkuat
perekonomian domestik.

        Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 255 juta jiwa, menurut
dia, memiliki potensi besar pada daya beli dan konsumsi, sehingga
harus dapat dikelola dengan baik.

        "Pemerintah juga agar memberikan kemudahan pada investasi baru
sehingga banyak tercipta lapangan kerja,� katanya.

Pewarta : Riza Harahap
Editor :
Copyright © ANTARA 2024