Makassar (Antara News) - Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, optimistis masyarakat khususnya dari kalangan petani dan nelayan di daerah itu mampu bertahan dalam persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Soal MEA, kita tentunya harus siap menghadapi dengan sikap optimistis. Jangan terlalu pesimis. Kita tidak boleh dipecundangi negara ASEAN lain dalam memenuhi kebutuhan nasional kita," jelas Syahrul, di Makassar, Sulsel, Kamis.
Ia menjelaskan, satu hal yang penting yakni MEA itu jangan membuat kemampuan nasional berkurang. Masyarakat Sulsel harus terus bisa berkontribusi terhadap 250 juta orang atau warga di Indonesia.
Satu hal yang harus diingat, kata dia, yakni dengan mendahulukan kepentingan nasional daripada kepentingan luar, seperti ekspansi ke negara ASEAN lainnya.
Selain itu, segala kebutuhan mulai dari makan, minum, perumahan, pakaian, dan sebagainya juga tidak harus didatangkan dari luar karena masyarakat Indonesia punya kemampuan. Pemerintah tentunya juga tidak ingin MEA ini justru menggusur perekonomian masyarakat.
"Kita harus mampu. Yang bisa memberikan makan sebanyak 250 juta penduduk Indonesia itu tentunya para petani, nelayan dan sebagainya. Saya kira masyarakat petani kita tidak akan tergusur dengan masuknya pasar bebas ASEAN," katanya.
Mantan Bupati Gowa dua periode itu juga telah mendorong komitmen masyarakat untuk menjaga kekayaan alam yang ada di sejumlah kabupaten/kota di daerah itu.
Pada zaman globalisasi saat ini, menurut dia, dengan serbuan berbagai produk dari luar negeri tentu dibutuhkan komitmen untuk mempertahankan dan menjaga kekayaan yang sudah ada.
Pihaknya juga akan fokus untuk dapat menjaga produk unggulan di daerah ini untuk tetap eksis dan bersaing.
Masuknya sejumlah pihak yang memiliki investasi dan modal besar ke Indonesia, tentunya menjadi tantangan yang harus dihadapi. Untuk bisa bertahan dari kondisi itu maka tentu produk yang ada juga harus ditingkatkan kualitasnya.
Perlunya inovasi baru terhadap beberapa produk lokal dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikatan juga menjadi salah satu upaya untuk bisa bertahan dari gempuran produk asing.
"Negara ini bisa eksis dan berdaulat jika mampu menjaga potensi kekayaan alam yang ada. Saya juga mengapresiasi komitmen Walhi Sulsel yang begitu fokus dalam masalah potensi lokal," jelasnya pada acara "Makassar Green Food Festival" di Benteng Rotterdam, Makassar, Sulsel, Rabu (30/12).
"Soal MEA, kita tentunya harus siap menghadapi dengan sikap optimistis. Jangan terlalu pesimis. Kita tidak boleh dipecundangi negara ASEAN lain dalam memenuhi kebutuhan nasional kita," jelas Syahrul, di Makassar, Sulsel, Kamis.
Ia menjelaskan, satu hal yang penting yakni MEA itu jangan membuat kemampuan nasional berkurang. Masyarakat Sulsel harus terus bisa berkontribusi terhadap 250 juta orang atau warga di Indonesia.
Satu hal yang harus diingat, kata dia, yakni dengan mendahulukan kepentingan nasional daripada kepentingan luar, seperti ekspansi ke negara ASEAN lainnya.
Selain itu, segala kebutuhan mulai dari makan, minum, perumahan, pakaian, dan sebagainya juga tidak harus didatangkan dari luar karena masyarakat Indonesia punya kemampuan. Pemerintah tentunya juga tidak ingin MEA ini justru menggusur perekonomian masyarakat.
"Kita harus mampu. Yang bisa memberikan makan sebanyak 250 juta penduduk Indonesia itu tentunya para petani, nelayan dan sebagainya. Saya kira masyarakat petani kita tidak akan tergusur dengan masuknya pasar bebas ASEAN," katanya.
Mantan Bupati Gowa dua periode itu juga telah mendorong komitmen masyarakat untuk menjaga kekayaan alam yang ada di sejumlah kabupaten/kota di daerah itu.
Pada zaman globalisasi saat ini, menurut dia, dengan serbuan berbagai produk dari luar negeri tentu dibutuhkan komitmen untuk mempertahankan dan menjaga kekayaan yang sudah ada.
Pihaknya juga akan fokus untuk dapat menjaga produk unggulan di daerah ini untuk tetap eksis dan bersaing.
Masuknya sejumlah pihak yang memiliki investasi dan modal besar ke Indonesia, tentunya menjadi tantangan yang harus dihadapi. Untuk bisa bertahan dari kondisi itu maka tentu produk yang ada juga harus ditingkatkan kualitasnya.
Perlunya inovasi baru terhadap beberapa produk lokal dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikatan juga menjadi salah satu upaya untuk bisa bertahan dari gempuran produk asing.
"Negara ini bisa eksis dan berdaulat jika mampu menjaga potensi kekayaan alam yang ada. Saya juga mengapresiasi komitmen Walhi Sulsel yang begitu fokus dalam masalah potensi lokal," jelasnya pada acara "Makassar Green Food Festival" di Benteng Rotterdam, Makassar, Sulsel, Rabu (30/12).