Kendari   (Antara News) - Warga Desa Lalonggasu Meeto, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara mengeluhkan pembangunan tanggul di desa yang tidak bisa berfungsi normal.

"Tanggul dibangun semestinya bisa menahan air agar tidak mengalir di jalan raya. Di Desa Lalonggasu Meeto tanggul yang dibuat justru terjadi sebaliknya. Setelah tanggul dibuat, air meluber di badan jalan," kata salah seorang warga Desa Lalonggasu Meeto, Junaidi (47) di Kendari, Minggu.

Menurut dia, selain air mengalir di badan jalan, tanah galian tanggul desa juga mengotori halaman rumah warga karena setelah tanggul selesai dibuat, tanah bekas galian tidak dibersihkan atau diratakan kembali dengan tanah.

Tanah bekas galian kata dia, dibiarkan menumpuk di sepanjang tanggul yang berada tepat di halaman rumah warga.

"Tanah galian dari tanggul benar-benar mengganggu kebersihan di halaman depan rumah warga," katanya.

Menurut dia, tanggul di desa tersebut dibangun dengan menggunakan dana desa tahun 2015 tanpa melalui musyawarah dengan warga desa.

Pelaksana Tugas Kepala Desa bernama Udin MS, kata dia, membangun tanggul di desa tersebut atas keinginannya sendiri.

"Seharusnya pelaksana tugas kepala desa melibatkan masyarakat dan anggota Badan Perwakilan Desa dalam membangun tanggul itu, sehingga tanggul yang dibangun benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya," katanya.

Pewarta : Agus
Editor :
Copyright © ANTARA 2024