Jakarta (Antara News) - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, kurikulum yang dibentuk dalam program bela negara, yakni paling banyak pendidikan soal kebangsaan, yang sebagian besar berada di kelas.
"Kurikulum yang dibentuk yakni banyak pendidikan mengenai masalah kebangsaan yang ditanamkan sejak sekolah dasar. Pendidikan yang bangga dengan Indonesia dengan kekayaan alamnya. Dia kerja keras untuk bangsanya bila perlu jiwa dan raganya dikorbankan," kata Menhan, saat jumpa pers, di kantor Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Kemhan, Jakarta, Kamis.
Kementerian Pertahanan pun mengajak Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dalam membentuk kurikulum yang diajarkan dalam konsep bela negara.
Menhan mengatakan, pada dasarnya konsep bela negara akan lebih mengedepankan diskusi soal kenegaraan dan pemecahan masalah yang terjadi di lingkungannya masing-masing.
"Bagaimana menghadapi ancaman masyarakat. Jadi ada yang kuliah, ada yang dilapangan. Kelas 70 persen dan 30 persen di lapangan seperti latihan baris berbaris, hormat, latihan P3K, penanggulangan bencana dan upacara bendera," ujarnya.
Menhan menegaskan program bela negara semacam ini sudah berjalan sejak 12 tahun. Saat dirinya masih bergabung di kesatuan TNI, dia mengaku pernah ke pelosok untuk menanamkan konsep bela negara.
"Bela negara harus digencarkan supaya semua warga tahu," ujarnya.
Dirjen Potensi Pertahanan Kemenhan, Timbul Siahaan mengatakan, kurikulum yang akan diberikan yakni 70 persen pengetahuan kebangsaan yang akan membangun karakter setiap orang untuk mencintai bangsa dan negaranya. Sementara 30 persen olah fisik lebih kepada membangun "leader ship".
"Jadi wawasan mereka kita bangun. Memberikan pengetahuan dan tumbuh kembangkan dalam diri supaya keluar karakternya dan membangkitkan karakter dari dalam jiwa dan bangsa," ucapnya.
Mewujudkan ketahanan pangan, kata dia, merupakan bela negara, guru di perbatasan juga bela negara, olah raga internasional dan menjaga kelestarian budaya, lingkungan serta tidak bakar hutan itu semua wujud sikap bela negara.
Kabadiklat Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin menjelaskan kurikulum Bela Negara terbagi dalam tiga hal yakni dasar, inti dan tambahan. Kurikulum dasar terkait kebangsaan seperti sejarah kebangsaan dan kepemimpinan.
"Juga ada simulasi semisal terjadi sebuah perampokan bagaimana melaporkan 5W+1H itu akan disampaikan oleh pembina. Jadi tidak membosankan, tidak seperti materi di kelas," kata Hartind.
Materi di dalam kelas juga diisi dengan berbagai diskusi umum. Pengetahuan Sistem Pertahanan dan Keamanan (Sishankam) juga akan dimasukkan dalam materi kelas.
"Secara umum materinya sama dengan TNI tapi cara metodenya berbeda, sesuai dengan peserta didik yang akan dibina," ujarnya.
Kemudian untuk kurikulum inti, ada lima nilai yang diajarkan dan dapat diaplikasikan sesuai dengan lingkungan, pekerjaan dan pendidikan masing-masing, seperti cinta tanah air, rela berkorban terhadap bangsa dan negara, dan yakin pada ideologi negara.
Para kader bela negara juga diajarkan untuk terus disiplin. Kedisiplinan ini dimulai dari hal-hal kecil seperti rajin bangun pagi dan tepat waktu dalam melaksanakan aktivitas berikutnya. Kemudian untuk kurikulum tambahan disesuaikan dengan kearifan lokal.
"Kurikulum yang dibentuk yakni banyak pendidikan mengenai masalah kebangsaan yang ditanamkan sejak sekolah dasar. Pendidikan yang bangga dengan Indonesia dengan kekayaan alamnya. Dia kerja keras untuk bangsanya bila perlu jiwa dan raganya dikorbankan," kata Menhan, saat jumpa pers, di kantor Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Kemhan, Jakarta, Kamis.
Kementerian Pertahanan pun mengajak Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dalam membentuk kurikulum yang diajarkan dalam konsep bela negara.
Menhan mengatakan, pada dasarnya konsep bela negara akan lebih mengedepankan diskusi soal kenegaraan dan pemecahan masalah yang terjadi di lingkungannya masing-masing.
"Bagaimana menghadapi ancaman masyarakat. Jadi ada yang kuliah, ada yang dilapangan. Kelas 70 persen dan 30 persen di lapangan seperti latihan baris berbaris, hormat, latihan P3K, penanggulangan bencana dan upacara bendera," ujarnya.
Menhan menegaskan program bela negara semacam ini sudah berjalan sejak 12 tahun. Saat dirinya masih bergabung di kesatuan TNI, dia mengaku pernah ke pelosok untuk menanamkan konsep bela negara.
"Bela negara harus digencarkan supaya semua warga tahu," ujarnya.
Dirjen Potensi Pertahanan Kemenhan, Timbul Siahaan mengatakan, kurikulum yang akan diberikan yakni 70 persen pengetahuan kebangsaan yang akan membangun karakter setiap orang untuk mencintai bangsa dan negaranya. Sementara 30 persen olah fisik lebih kepada membangun "leader ship".
"Jadi wawasan mereka kita bangun. Memberikan pengetahuan dan tumbuh kembangkan dalam diri supaya keluar karakternya dan membangkitkan karakter dari dalam jiwa dan bangsa," ucapnya.
Mewujudkan ketahanan pangan, kata dia, merupakan bela negara, guru di perbatasan juga bela negara, olah raga internasional dan menjaga kelestarian budaya, lingkungan serta tidak bakar hutan itu semua wujud sikap bela negara.
Kabadiklat Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin menjelaskan kurikulum Bela Negara terbagi dalam tiga hal yakni dasar, inti dan tambahan. Kurikulum dasar terkait kebangsaan seperti sejarah kebangsaan dan kepemimpinan.
"Juga ada simulasi semisal terjadi sebuah perampokan bagaimana melaporkan 5W+1H itu akan disampaikan oleh pembina. Jadi tidak membosankan, tidak seperti materi di kelas," kata Hartind.
Materi di dalam kelas juga diisi dengan berbagai diskusi umum. Pengetahuan Sistem Pertahanan dan Keamanan (Sishankam) juga akan dimasukkan dalam materi kelas.
"Secara umum materinya sama dengan TNI tapi cara metodenya berbeda, sesuai dengan peserta didik yang akan dibina," ujarnya.
Kemudian untuk kurikulum inti, ada lima nilai yang diajarkan dan dapat diaplikasikan sesuai dengan lingkungan, pekerjaan dan pendidikan masing-masing, seperti cinta tanah air, rela berkorban terhadap bangsa dan negara, dan yakin pada ideologi negara.
Para kader bela negara juga diajarkan untuk terus disiplin. Kedisiplinan ini dimulai dari hal-hal kecil seperti rajin bangun pagi dan tepat waktu dalam melaksanakan aktivitas berikutnya. Kemudian untuk kurikulum tambahan disesuaikan dengan kearifan lokal.