Kupang (Antara News) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur segera membangun tiga pabrik pengolahan rumput laut di lokasi terpisah agar dapat menampung produksi pembudidaya di seluruh wilayah kepulauan itu.
        "Tiga pabrik tersebut akan dibangun di Kawasan Industri (KI) Bolok dan Sulamu di Kabupaten Kupang serta di Kabupaten Lembata," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur Abraham Maulaka, di Kupang, Selasa.
        Menurut dia, dalam perencanaannya, tiga pabrik itu akan dibangun pada 2016 mendatang, dengan kucuran anggaran yang juga dalam proses. "Untuk lahan sudah sangat siap," katanya.
        Dia mengatakan, dengan pembangunan itu, maka secara keseluruhan nantinya NTT akan memiliki empat pabrik pengolahan rumput laut, yang salah satunya telah ada dan beroperasi di Kabupaten Sumba Timur.
        Dia mengemukakan, dengan dibangunnya pabrik pengolahan rumput laut, maka efeknya dapat membantu para pebudidaya dalam memasarkan hasilnya. "Sejauh ini, harga rumput laut di NTT fluktuatif karena dikuasai para tengkulak," katanya.
        Menurutnya, pabrik yang akan dibangun tidak hanya menyiapkan konstruksi bangunannya, tetapi diharapkan ada keterkaitan mata rantai antara budidaya, pengolahan, dan pemasaran. Tiga aspek ini menjadi satu kesatuan dalam rencana pabrik.
        Sementara mengenai luasan lahan pembangunan pabrik pengolahan rumput laut, mantan Bupati Alor itu mengatakan dibutuhkan lahan minimal lima hektare, karena akan dilengkapi dengan gedung olahan, gudang, lantai jemur, dan laboratorium. "Di samping itu, harus didukung dengan listrik dan sumber air bersih yang cukup," katanya menambahkan.
        Dia mengatakan, dari aspek pembibitan untuk keberlanjutan budidaya rumput laut, perlu diperhatiakn agar produksi petani akan memiliki kualitas yang baik.
        Dia mengaku, penyedian bibit masih menjadi persoalan yang dihadapi para petani rumput laut. Banyak bibit yang didatangkan dari luar hasilnya tidak bagus dan membutuhkan proses adaptasi yang lama.
        Karena itu, Pemerintah Provinsi NTT berkomitmen menjadikan Tablolong di Kabupaten Kupang sebagai pusat benih rumput laut sehingga para petani rumput laut di NTT tidak kesulitan mencari bibit. Sejauh ini, bibit yang digunakan bersumber dari hasil budidaya sendiri.
        Dia menjamin produksi rumput laut di NTT cukup untuk mendukung keberlanjutan pabrik pengolahan rumput laut di tiga lokasi baru tersebut. Pemerintah juga terus mendorong para petani untuk giat membudidaya rumput laut karena ada pabrik dan pemasarannya.
        Kepala Desa Bolok, Keamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang Moozes Smaut Natun terpisah menyatakan mendukung pabrik pengolahan rumput laut di Kawasan Industri (KI) Bolok, yang sangat representatif karena dekat dengan PLTU Bolok dan ketersedian airnya cukup, baik dari sumur bor maupun dari mata air Oenesu.
        Menurutnya, ada enam desa di sekitar KI Bolok yang siap mensuplai rumput laut untuk keberlanjutan pabrik. Enam desa tersebut yakni Bolok, Konheo, Nitneo, Oenait, Lituleo, dan Desa Tablolong.
        "Penghasil rumput laut di enam desa ini delapan ton/hari. Belum lagi dari Rote, Semau, dan dari beberapa wilayah di Pulau Timor," katanya.
        Dia menambahkan, dengan adanya pabrik pengolahan rumput laut di wilayah ini, monopoli harga oleh para rentenir bisa teratasi. Selama ini ada warga yang menjual rumput laut basah per kilogram Rp5.000 per kg, padahal harga di luar NTT di atas Rp10.000 per kg.
        "Tiga pabrik tersebut akan dibangun di Kawasan Industri (KI) Bolok dan Sulamu di Kabupaten Kupang serta di Kabupaten Lembata," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur Abraham Maulaka, di Kupang, Selasa.
        Menurut dia, dalam perencanaannya, tiga pabrik itu akan dibangun pada 2016 mendatang, dengan kucuran anggaran yang juga dalam proses. "Untuk lahan sudah sangat siap," katanya.
        Dia mengatakan, dengan pembangunan itu, maka secara keseluruhan nantinya NTT akan memiliki empat pabrik pengolahan rumput laut, yang salah satunya telah ada dan beroperasi di Kabupaten Sumba Timur.
        Dia mengemukakan, dengan dibangunnya pabrik pengolahan rumput laut, maka efeknya dapat membantu para pebudidaya dalam memasarkan hasilnya. "Sejauh ini, harga rumput laut di NTT fluktuatif karena dikuasai para tengkulak," katanya.
        Menurutnya, pabrik yang akan dibangun tidak hanya menyiapkan konstruksi bangunannya, tetapi diharapkan ada keterkaitan mata rantai antara budidaya, pengolahan, dan pemasaran. Tiga aspek ini menjadi satu kesatuan dalam rencana pabrik.
        Sementara mengenai luasan lahan pembangunan pabrik pengolahan rumput laut, mantan Bupati Alor itu mengatakan dibutuhkan lahan minimal lima hektare, karena akan dilengkapi dengan gedung olahan, gudang, lantai jemur, dan laboratorium. "Di samping itu, harus didukung dengan listrik dan sumber air bersih yang cukup," katanya menambahkan.
        Dia mengatakan, dari aspek pembibitan untuk keberlanjutan budidaya rumput laut, perlu diperhatiakn agar produksi petani akan memiliki kualitas yang baik.
        Dia mengaku, penyedian bibit masih menjadi persoalan yang dihadapi para petani rumput laut. Banyak bibit yang didatangkan dari luar hasilnya tidak bagus dan membutuhkan proses adaptasi yang lama.
        Karena itu, Pemerintah Provinsi NTT berkomitmen menjadikan Tablolong di Kabupaten Kupang sebagai pusat benih rumput laut sehingga para petani rumput laut di NTT tidak kesulitan mencari bibit. Sejauh ini, bibit yang digunakan bersumber dari hasil budidaya sendiri.
        Dia menjamin produksi rumput laut di NTT cukup untuk mendukung keberlanjutan pabrik pengolahan rumput laut di tiga lokasi baru tersebut. Pemerintah juga terus mendorong para petani untuk giat membudidaya rumput laut karena ada pabrik dan pemasarannya.
        Kepala Desa Bolok, Keamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang Moozes Smaut Natun terpisah menyatakan mendukung pabrik pengolahan rumput laut di Kawasan Industri (KI) Bolok, yang sangat representatif karena dekat dengan PLTU Bolok dan ketersedian airnya cukup, baik dari sumur bor maupun dari mata air Oenesu.
        Menurutnya, ada enam desa di sekitar KI Bolok yang siap mensuplai rumput laut untuk keberlanjutan pabrik. Enam desa tersebut yakni Bolok, Konheo, Nitneo, Oenait, Lituleo, dan Desa Tablolong.
        "Penghasil rumput laut di enam desa ini delapan ton/hari. Belum lagi dari Rote, Semau, dan dari beberapa wilayah di Pulau Timor," katanya.
        Dia menambahkan, dengan adanya pabrik pengolahan rumput laut di wilayah ini, monopoli harga oleh para rentenir bisa teratasi. Selama ini ada warga yang menjual rumput laut basah per kilogram Rp5.000 per kg, padahal harga di luar NTT di atas Rp10.000 per kg.