Kendari (Antara News) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara akan menggelontorkan dana senilai Rp50 miliar untuk mempertebal landasan ancang pesawat atau "runway" yang saat ini masih belum merata.

        "Tahun ini hampir Rp50 miliar kita gunakan khusus untuk memperbaiki permukaan 'runway' yang saat ini masih tidak rata, sehingga pesawat kalau mendarat bergoyang," kata Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam saat peninjauan bersama Menteri Perhubungan Ignasius Jonan di Bandara Haluoleo, Kendari, Jumat.

        Nur mengatakan dana tersebut bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta APBN-Perubahan 2015 yang dialokasikan oleh pemerintah pusat, dalam hal ini, Kementerian Perhubungan dengan total sebesar Rp889 miliar.

        Selain itu, ia juga akan membongkar ruang-ruang yang tak terpakai di terminal bandara tersebut, sehingga menjadi lebih efektif untuk melayani penumpang.

        Berdasarkan pengamatan, Nur mengatakan di lantai dua terminal bandara akan dilakukan pembongkaran ruang-ruang tak terpakai, sehingga bisa memperluas ruang terminal.

        "Atas izin Pak Menteri dengan Direktur Teknik Bandara, akan merekondisi kembali ruang-ruang yang tidak bermanfaat, sehingga sepenuhnya menjadi efektif untuk kepentingan layanan terminal," katanya.

        Nur juga meminta kepada Menteri Jonan untuk menjadikan bandaranya sebagai bandara transit, selain Bandara Sultan Hassanudin Makassar dan Bandara Mutiara SIS Al Jufri Palu.

        "Kita mohon ke Pak Menteri agar bandara kita dijadikan bandara transit ke Maluku atau Papua yang akan memberikan dampak lebih baik, nanti 'runway'-nya bukan lagi 2,4 kilometer tetapi tiga kilometer," katanya.

        Menteri Jonan meminta Pemrov Sulawesi Tenggara yang saat ini masih termasuk dalam pengelola bandara, untuk memperbaiki landasan ancang Bandara Haluoleo yang tidak merata karena akan membahayakan keselamatan penerbangan,

        "Dari segi keselamatan penerbangan, 'runway' itu tidak merata, saya sudah bicara dengan Kepala Bandara untuk segera 'dioverlay' (dilapisi) 'runway' nya itu agar tidak pecah-pecah," katanya.

        Terkait landasan ancang ganda (double runway), Jonan menilai hal itu belum dibutuhkan karena pergerakan pesawat di bandara tersebut masih rendah, yakni masih sekitar dua atau tiga pergerakan per jam dan enam pegerakan di jam-jam sibuk (peak hours).

        "Kalau 'movement' (pergerakannya) sudah 10, baru dibangun 'double runway', juga apron dan taxi way harus dikembangkan," katanya.

Pewarta : Oleh Juwita Trisna Rahayu
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024