Kendari   (Antara News) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kendari terus berupaya untuk menekan angka putus sekolah dalam rangka menyukseskan program pendidikan nasional tentang wajib belajar sembilan tahun.

Kepala Disdikbud Kendari, Makmur, di Kendari, mengatakan berdasarkan data tentang angka putus sekolah, akhir tahun 2014 tercatat untuk jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah sebanyak 16 orang, SMP/MTS 24 orang dan SMA/SMK/MA sebanyak 15 orang.

"Kalau melihat data jumlah anak putus sekolah yang ada di kendari dari tahun ke tahun, selalu mengalami penurunan, kami target tahun 2016 tidak ada lagi siswa yang putus sekolah," ujarnya.

Ia menambahkan untuk mencapai target penuntasan anak putus sekolah pada tahun 2016, pihaknya telah melakukan langkah-langkah strategis dengan terus mengajak anak putus sekolah untuk kembali ke sekolah.

Menurut dia, penyebab siswa putus sekolah di Kota Kendari bukan hanya karena faktor ekonomi. Sebab, persoalan pendidikan siswa sudah didanai pemerintah melalui dana BOS.

Jadi, pihaknya menduga penyebab angka putus sekolah tersebut, lebih disebabkan oleh beberapa faktor lain, selain masalah ekonomi.

"Banyak faktor yang menyebabkan anak putus sekolah, misalnya pindah sekolah karena terpaksa harus ikut orang tuanya yang dipindah tugaskan di daerah lain, masalah yang terjadi di rumahnya (broken home-red)," ujarnya.

Selain itu, kita menduga siswa yang putus sekolah ini menjadi korban keretakan hubungan orang tua (broken home). Faktor lain karena siswa menempuh pendidikan sambil bekerja paruh waktu. Ada juga yang disebabkan bully, seperti menghina siswa karena tidak pandai atau lamban dalam belajar.

Menurut dia, upaya antisipasi agar anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu tidak putus sekolah, pihaknya memberikan beasiswa kepada siswa yang bersangkutan, baik melalui dana BOS atau Bansos dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

Selain itu, pihaknya membuka SMP terbuka untuk anak-anak yang tidak ikut sekolah secara reguler dan mendirikan sekolah pada tempat yang rentan banyak anak putus sekolah, seperti SD dan SMP Satu Atap.

"Tiap tahun kami juga memberikan bantuan ruang kelas baru, tambahan sarana prasarana alat pendidikan dan bantuan rehabilitasi, baik dari DAU maupun DAK," ujarnya.

Ia menambahkan, kalau dari siswanya sendiri memang tidak mau untuk melanjutkan sekolah, maka kita membuka program ujian paket untuk mereka yang pernah putus sekolah.

Pewarta : La Ode Abdul Rahman
Editor :
Copyright © ANTARA 2024