Makassar (Antara News) - Sejumlah mahasiswi asal Tiongkok dan Taiwan mengujungi pengelolaan bank sampah di Kelurahan Ballaparang, Kecamatan Rappocini, Makassar, Kamis.
Dalam kunjungannya mereka melihat langsung pengelolaan sampah yang disimpan dalam satu ruangan berisikan sampah yang sudah dipisah-pisahkan, serta berbincang dengan pengelolanya.
"Kedatangan kami kesini mau melihat langsung bagaiamana bank sampah itu karena melihat dari pemberitaan di media," kata Vanessa (19) mahasiswi asal Taiwan itu kepada wartawan.
Menurut dia, di negara asalnya belum ada pengelolaan sampah yang dilakukan di setiap kelurahan yang ada hanya pembakaran sampah di penampungan.
"Ini sangat baik tentunya akan kami sampaikan kepada pemerintah dinegara kami. Katanya sampah disini bisa ditukar dengan beras, sungguh luar biasa," ujarnya.
Andrian mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) bertindak sebagai pemandu mahasiswa tersebut mengatakan, kedatangan mahasiswa Tiongkok dan Taiwan ke bank sampah itu berdasarkan masukan dari Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto bagaimana mengelola sampah yang berguna bagi masyarakat di Makassar.
"Berdasarkan masukan pak wali Kota saat berkunjung ke Balai Kota, kami dianjurkan untuk melihat langsung pengelolaan bank sampah yang bisa ditukar dengan beras, makanya kami kemari memperlihatkan kepada mereka," ujar pengurus lembaga AIESEC kampus Unhas itu.
Lurah Ballaparang Lyliani Sunarno saat menerima mahasiswi tersebut mengemukakan, bank sampah yang ada di wilayah kerjanya merupakan bank sampah pertama dibangun berdasarkan swadaya masyarakat.
"Bank sampah ini sebagai bentuk kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah sehingga bisa ditukarkan menjadi beras. Sampah selama ini dianggap tidak berharga padahal di makassar sampah bisa sangat berharga," ujarnya.
Bank sampah ini tentu tidak sembarang sampah yang ditampung, dan dipilah antara organik dan organik tentunya yang mempunyai nilai ekonomis yang bisa di daur ulang. Sementara sampah organik tidak layak maka diangkut truk untuk di buang ke TPA Antang.
"Setiap minggu bank sampah di sini bisa berproduksi antara 1-2 ton sampah non organik dan masyarakat bisa mendapatkan 20-30 liter perminggunya. Harapannya dengan adanya bank sampah ini permasalahan samapah bisa sedikit teratasi," harapnya.
Berdasarkan data Dinas KLH Kota Makassar diketahui, rata-rata produksi sampah di kota bertajuk "Anging Mammiri" ini mencapai 871 ton per hari dengan mengacu dari jumlah penduduk sekitar 1,3 juta orang.
Sedangkan Pemerintah Kota hanya mampu mengangkut sebanyak 300 hingga 400 ton sampah per hari, akibat minimnya sarana dan prasarana misalnya kendaraan pengangkut sampah dan juga petugas kebersihan.
Hal itu terbukti dari armada pengangkut sampah yang beroperasi hanya 117 unit, padahal harus melayani 143 kelurahan dari 14 kecamatan yang ada.
Dalam kunjungannya mereka melihat langsung pengelolaan sampah yang disimpan dalam satu ruangan berisikan sampah yang sudah dipisah-pisahkan, serta berbincang dengan pengelolanya.
"Kedatangan kami kesini mau melihat langsung bagaiamana bank sampah itu karena melihat dari pemberitaan di media," kata Vanessa (19) mahasiswi asal Taiwan itu kepada wartawan.
Menurut dia, di negara asalnya belum ada pengelolaan sampah yang dilakukan di setiap kelurahan yang ada hanya pembakaran sampah di penampungan.
"Ini sangat baik tentunya akan kami sampaikan kepada pemerintah dinegara kami. Katanya sampah disini bisa ditukar dengan beras, sungguh luar biasa," ujarnya.
Andrian mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) bertindak sebagai pemandu mahasiswa tersebut mengatakan, kedatangan mahasiswa Tiongkok dan Taiwan ke bank sampah itu berdasarkan masukan dari Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto bagaimana mengelola sampah yang berguna bagi masyarakat di Makassar.
"Berdasarkan masukan pak wali Kota saat berkunjung ke Balai Kota, kami dianjurkan untuk melihat langsung pengelolaan bank sampah yang bisa ditukar dengan beras, makanya kami kemari memperlihatkan kepada mereka," ujar pengurus lembaga AIESEC kampus Unhas itu.
Lurah Ballaparang Lyliani Sunarno saat menerima mahasiswi tersebut mengemukakan, bank sampah yang ada di wilayah kerjanya merupakan bank sampah pertama dibangun berdasarkan swadaya masyarakat.
"Bank sampah ini sebagai bentuk kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah sehingga bisa ditukarkan menjadi beras. Sampah selama ini dianggap tidak berharga padahal di makassar sampah bisa sangat berharga," ujarnya.
Bank sampah ini tentu tidak sembarang sampah yang ditampung, dan dipilah antara organik dan organik tentunya yang mempunyai nilai ekonomis yang bisa di daur ulang. Sementara sampah organik tidak layak maka diangkut truk untuk di buang ke TPA Antang.
"Setiap minggu bank sampah di sini bisa berproduksi antara 1-2 ton sampah non organik dan masyarakat bisa mendapatkan 20-30 liter perminggunya. Harapannya dengan adanya bank sampah ini permasalahan samapah bisa sedikit teratasi," harapnya.
Berdasarkan data Dinas KLH Kota Makassar diketahui, rata-rata produksi sampah di kota bertajuk "Anging Mammiri" ini mencapai 871 ton per hari dengan mengacu dari jumlah penduduk sekitar 1,3 juta orang.
Sedangkan Pemerintah Kota hanya mampu mengangkut sebanyak 300 hingga 400 ton sampah per hari, akibat minimnya sarana dan prasarana misalnya kendaraan pengangkut sampah dan juga petugas kebersihan.
Hal itu terbukti dari armada pengangkut sampah yang beroperasi hanya 117 unit, padahal harus melayani 143 kelurahan dari 14 kecamatan yang ada.