Jayapura (Antara News) - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Papua Antonius Kadarmanta mengungkapkan provinsi paling timur Indonesia itu sudah menjadi jalur masuk peredaran Narkoba.
"Papua sudah menjadi jalur masuk Narkoba," kata Antonius Kadarmanta saat menggelar coffe morning dengan insan pers di Kota Jayapura, Papua, Senin.
Dia mencontohkan, hasil tes urine pada 2013 lalu kepada 1.050 siswa SMA di Kabupaten Mimika ada 14 orang pengguna opium, shabu, dan XTC.
Ia mengemukakan dugaan adanya jaringan internasional yang berkolaborasi dengan para pemasok nasional dan lokal di Papua untuk memasarkan berbagai jenis Narkoba seperti opium dan shabu sudah mulai tercium.
"Dugaan kami demikian, ada jaringan. Dan perlu dilakukan pendalaman atau penyelidikan lebih jauh, hanya saja kami masih terkendala dengan jumlah personil dibagian penindakan," katanya.
Mengenai temuan opium dan shabu di Kabupaten Mimika kepada sejumlah pelajar dan dimungkinkan ada pemasok lain yang juga mengincar para pekerja tambang di PT Freeport, Kadarmanta yang juga seorang kolumnis dan penulis buku itu tidak menampik.
"Ada indikasi kesana (Karyawan Freeport diduga pengguna/pemasok narkoba), karena kita bisa mengambil contoh di Kalimantan, yang ada perusahaan batu bara, itu ditemukan karyawan yang positif sebagai pengguna. Nah di Freeport bisa saja ada, tapi kami belum tes urine kepada ribuan karyawannya," katanya.
Tes urine atau pengambilan sampel bagi ribuan karyawan PT Freeport, lanjut Kadarmanta akan dilakukan jika semua pihak mendukung dan memberikan akses guna pencegahan dan pemberantasan peredaran Narkoba yang sudah sangat memprihatinkan.
"Kita kan saat ini sudah darurat Narkoba. Kalau wacana untuk tes urine ke ribuan karyawan Freeport sudah pasti ada, tetapi kami belum punya kelengkapan dan SDM-nya," katanya.
Terkait daerah rawan jalur masuk Narkoba, Kadarmanta menyebutkan jika daerah perbatasan dengan negara tetangga Papua Nugini (PNG) merupakan aksenya. "Di Skouw-Wutung, Kota Jayapura itu ada sejumlah jalur resmi orang keluar masuk dan juga ada namanya jalan tikus yang sering digunakan oleh oknum tertentu untuk memasok ganja dari PNG," katanya.
Pada 2012, BNN Pusat, ungkap Kadarmanta, pernah menangkap pemasok shabu di Skouw-Wutung yang melewati perjalanan udara lewat PNG, lalu masuk ke Indonesia lewat jalur darat.
"Nah, saat itu BNN Pusat menangkap pemasuk shabu dengan menggunakan kecanggihan teknologi informasi, ini membuktikan bahwa Papua menjadi jalur masuk peredaran Narkoba ke seluruh Indonesia," katanya.
Daerah lainnya yang menjadi tempat masuknya Narkoba yaitu Kabupaten Boven Digul, Merauke dan Mimika.
"Di Boven Digul itu ada lima kecamatan yang langsung berbatasan dengan PNG, Merauke juga demikian, sementara di Mimika lewat transportasi udara, jadi bisa saja pekerja (karyawan Freeport) disana diduga pengguna. Dan di Kabupaten Supiori dilaporkan ada warga yang tertangkap bawa ganja, Kota Jayapura juga sama," katanya.
"Papua sudah menjadi jalur masuk Narkoba," kata Antonius Kadarmanta saat menggelar coffe morning dengan insan pers di Kota Jayapura, Papua, Senin.
Dia mencontohkan, hasil tes urine pada 2013 lalu kepada 1.050 siswa SMA di Kabupaten Mimika ada 14 orang pengguna opium, shabu, dan XTC.
Ia mengemukakan dugaan adanya jaringan internasional yang berkolaborasi dengan para pemasok nasional dan lokal di Papua untuk memasarkan berbagai jenis Narkoba seperti opium dan shabu sudah mulai tercium.
"Dugaan kami demikian, ada jaringan. Dan perlu dilakukan pendalaman atau penyelidikan lebih jauh, hanya saja kami masih terkendala dengan jumlah personil dibagian penindakan," katanya.
Mengenai temuan opium dan shabu di Kabupaten Mimika kepada sejumlah pelajar dan dimungkinkan ada pemasok lain yang juga mengincar para pekerja tambang di PT Freeport, Kadarmanta yang juga seorang kolumnis dan penulis buku itu tidak menampik.
"Ada indikasi kesana (Karyawan Freeport diduga pengguna/pemasok narkoba), karena kita bisa mengambil contoh di Kalimantan, yang ada perusahaan batu bara, itu ditemukan karyawan yang positif sebagai pengguna. Nah di Freeport bisa saja ada, tapi kami belum tes urine kepada ribuan karyawannya," katanya.
Tes urine atau pengambilan sampel bagi ribuan karyawan PT Freeport, lanjut Kadarmanta akan dilakukan jika semua pihak mendukung dan memberikan akses guna pencegahan dan pemberantasan peredaran Narkoba yang sudah sangat memprihatinkan.
"Kita kan saat ini sudah darurat Narkoba. Kalau wacana untuk tes urine ke ribuan karyawan Freeport sudah pasti ada, tetapi kami belum punya kelengkapan dan SDM-nya," katanya.
Terkait daerah rawan jalur masuk Narkoba, Kadarmanta menyebutkan jika daerah perbatasan dengan negara tetangga Papua Nugini (PNG) merupakan aksenya. "Di Skouw-Wutung, Kota Jayapura itu ada sejumlah jalur resmi orang keluar masuk dan juga ada namanya jalan tikus yang sering digunakan oleh oknum tertentu untuk memasok ganja dari PNG," katanya.
Pada 2012, BNN Pusat, ungkap Kadarmanta, pernah menangkap pemasok shabu di Skouw-Wutung yang melewati perjalanan udara lewat PNG, lalu masuk ke Indonesia lewat jalur darat.
"Nah, saat itu BNN Pusat menangkap pemasuk shabu dengan menggunakan kecanggihan teknologi informasi, ini membuktikan bahwa Papua menjadi jalur masuk peredaran Narkoba ke seluruh Indonesia," katanya.
Daerah lainnya yang menjadi tempat masuknya Narkoba yaitu Kabupaten Boven Digul, Merauke dan Mimika.
"Di Boven Digul itu ada lima kecamatan yang langsung berbatasan dengan PNG, Merauke juga demikian, sementara di Mimika lewat transportasi udara, jadi bisa saja pekerja (karyawan Freeport) disana diduga pengguna. Dan di Kabupaten Supiori dilaporkan ada warga yang tertangkap bawa ganja, Kota Jayapura juga sama," katanya.