Mamuju (Antara News)- Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) membantah Keberadaan uranium di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, dapat menimbulkan penyakit kanker paru.
"Uranium tidak akan mengakibatkan timbulnya penyakit kanker paru di masyarakat ini kami lakukan klarifikasi," kata Kepala BATAN Prof Dr Djarot Sulistio Wisnubroto, di Mamuju, Jumat.
Ia mengatakan angka harapan hidup masyarakat mencapai 69 tahun dan angka itu sama dengan angka harapan hidup secara nasional.
"Artinya uranium yang terkandung di perut bumi wilayah Mamuju tidak menimbulkan dampak penyakit seperti kanker paru, sepanjang belum dikelola dengan cara tidak benar, sehingga kami klarifikasi pernyataan Badan pengawas tenaga nuklir (Bapeten) yang melakukan penelitian di Sulbar," katanya.
Menurut dia, uranium di Sulbar jangan membuat masyarakat khawatir akan dampaknya karena radiasinya tidak berbahaya sepanjang belum dikelola.
Sebelumnya Kepala Bidang Pengkajian Industri dan Penelitian Badan pengawas tenaga nuklir (Bapeten), Dr Eng Yus Rusdian Akhmad mengatakan, radiasi uranium dapat berpengaruh kepada kesehatan masyarakat apabila tidak dicegah karena dapat menimbulkan kanker paru.
Ia mengatakan, pencegahan dapat dilakukan masyarakat di wilayah Mamuju dengan membuat rumah yang ventilasinya bagus, dan terbuat dari kayu karena itu akan mencegah dampak radiasi.
Menurut dia, beberapa daerah di Kabupaten Mamuju mempunyai laju dosis radiasi alam di atas rata-rata dunia sebesar 0,08 Sv/jam.
Ia menyebutkan, tingkat paparan radiasi cukup signifikan terdapat dua desa yaitu Desa Botteng dan Desa Takandeang Kabupaten Mamuju dengan dosis radiasi sebesar 0,5 Sv/jam.
"Bapeten sendiri akan terus mengembangkan kajian terkait radiasi alam di Mamuju dari sudut pandang pengawasan Norm dan Tenorm," katanya.
Dia mengatakan, kultur rumah panggung dan terbuat dari kayu berpotensi mengurangi akumulasi radon dalam ruangan.
Sehingga kata dia, penduduk setempat diharapkan dapat meningkatkan fungsi ventilasi rumah seoptimal mungkin untuk menurunkan konsentrasi radon dalam ruangan secara signifikan.
"Uranium tidak akan mengakibatkan timbulnya penyakit kanker paru di masyarakat ini kami lakukan klarifikasi," kata Kepala BATAN Prof Dr Djarot Sulistio Wisnubroto, di Mamuju, Jumat.
Ia mengatakan angka harapan hidup masyarakat mencapai 69 tahun dan angka itu sama dengan angka harapan hidup secara nasional.
"Artinya uranium yang terkandung di perut bumi wilayah Mamuju tidak menimbulkan dampak penyakit seperti kanker paru, sepanjang belum dikelola dengan cara tidak benar, sehingga kami klarifikasi pernyataan Badan pengawas tenaga nuklir (Bapeten) yang melakukan penelitian di Sulbar," katanya.
Menurut dia, uranium di Sulbar jangan membuat masyarakat khawatir akan dampaknya karena radiasinya tidak berbahaya sepanjang belum dikelola.
Sebelumnya Kepala Bidang Pengkajian Industri dan Penelitian Badan pengawas tenaga nuklir (Bapeten), Dr Eng Yus Rusdian Akhmad mengatakan, radiasi uranium dapat berpengaruh kepada kesehatan masyarakat apabila tidak dicegah karena dapat menimbulkan kanker paru.
Ia mengatakan, pencegahan dapat dilakukan masyarakat di wilayah Mamuju dengan membuat rumah yang ventilasinya bagus, dan terbuat dari kayu karena itu akan mencegah dampak radiasi.
Menurut dia, beberapa daerah di Kabupaten Mamuju mempunyai laju dosis radiasi alam di atas rata-rata dunia sebesar 0,08 Sv/jam.
Ia menyebutkan, tingkat paparan radiasi cukup signifikan terdapat dua desa yaitu Desa Botteng dan Desa Takandeang Kabupaten Mamuju dengan dosis radiasi sebesar 0,5 Sv/jam.
"Bapeten sendiri akan terus mengembangkan kajian terkait radiasi alam di Mamuju dari sudut pandang pengawasan Norm dan Tenorm," katanya.
Dia mengatakan, kultur rumah panggung dan terbuat dari kayu berpotensi mengurangi akumulasi radon dalam ruangan.
Sehingga kata dia, penduduk setempat diharapkan dapat meningkatkan fungsi ventilasi rumah seoptimal mungkin untuk menurunkan konsentrasi radon dalam ruangan secara signifikan.