Jakarta  (Antara News) - Sekjen Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) Lilik Kurniawan mengatakan air laut dari Pantai Utara Jakarta telah merembes sampai ke kawasan Monumen Nasional yang menyebabkan penurunan kualitas air bersih di area tersebut.

        "Dari observasi tim kami menemukan bahwa air asin dari laut telah sampai ke kawasan Monas. Air laut ini meresap di bawah tanah melalui rongga-rongga kecil di bawah permukaan. Ini menyebabkan kualitas tanah menurun di sekitar kawasan tersebut," kata Lilik saat ditemui di kawasan MH Thamrin, Jakarta, Jumat.

        Selain itu, kata Lilik, pengambilan air tanah yang berlebihan oleh warga Jakarta mempercepat laju air laut meresap menuju kawasan Monas dan sekitarnya.

        Permasalahan itu diperparah dengan sedikitnya daerah resapan air di Jakarta, khususnya di bagian utara. Sumur resapan atau biopori sangat sedikit di Jakarta.

        "Belum ada program pemerintah dan kesadaran warga untuk membuatnya secara masif."
   "Tidak ada simpanan air permukaan. Jakarta sendiri secara bentuk itu seperti cekungan. Harusnya ada sumur resapan yang banyak, biopori. Baiknya satu rumah punya satu petak biopori, idealnya ada tanah terbuka," katanya.

        Air tanah, kata dia, diambil secara besar-besaran tapi masyarakat tidak pernah berupaya "mengisi ulangnya". Sebaliknya, air permukaan justru dibuang ke saluran pembuangan dan got untuk dialirkan ke laut. Akibatnya, air bersih tidak diperbaharui dan saat kemarau melanda warga hanya bisa mengeluhkan air sumurnya kering.

        Sementara itu, tanpa daerah resapan air yang cukup akan memicu banjir di musim penghujan karena debit air yang berlebih tidak mampu meresap ke dalam tanah.

        "Terjadi ketidakseimbangan siklus air karena perilaku masyarakat yang cenderung menutup permukaan tanah dengan bangunan, jalan dan infrastruktur lainnya tanpa mengimbangi dengan menyisakan beberapa petak untuk resapan air," katanya.

        Maka dari itu, dia mengharapkan adanya rencana besar dari pemerintah dan kerja sama dari masyarakat untuk memperhatikan masalah lingkungan di masa kini.

        "Harus ada skenario besar, pengambilan air bersih dan pembuangan air kotor ditata agar seimbang. Janganlah hanya mengambil air tanpa berupaya melakukan konservasinya," kata dia.

Pewarta : Anom Prihantoro
Editor :
Copyright © ANTARA 2024