Kupang (Antara News) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mengusulkan kepada Kementerian Pekerjaaan Umum untuk membangun tujuh buah waduk guna mengatasi kekurangan air di wilayah itu dalam menghadapi fenomena alam El Nino yang berkibat musim kering berkepanjangan.
"Tujuh buah waduk yang diusulkan untuk dibangun, yakni Waduk Kolhua di Kota Kupang Raknamo dan Manikin di Kabupaten Kupang, serta waduk Rotiklot di Kabupaten Belu, Temef di Timor Tengah Selatan (TTS), Napunggete, Kabupaten Sikka dan Aesesa di Kabupaten Nagekeo," kata Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Charisal A.Manu di Kupang, Kamis.
Dia mengatakan ketujuh waduk tersebut sudah masuk dalam perencanaan Kementerian Pekerjaan Umum, sehingga tetap diperjuangkan untuk direalisasikan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan anggaran yang ada.
Berdasarkan rencana, jelasnya, Waduk Kolhua kapasitas tampungnya 17, 5 juta meter kubik, Temef 54 juta meter kubik, Rotiklot 2,9 juta meter kubik, Raknamo 32 Juta meter kubik, Manikin 2, 9 juta meter kubik, Napunggete 25 juta meter kubik dan Waduk Aesesa 32 juta meter kubik.
"NTT masih butuh sekitar 1,5 juta kubik air untuk mengatasi kebutuhan masyarakat akan air di musim kemarau, meskipun di musim hujan mengalami kelebihan air yang cukup besar. Untuk itu butuh penampung agar air tidak terbuang percuma," jelasnya.
Selain waduk atau bendungan, ujarnya, NTT juga masih membutuhkan sekitar 4.000-an embung baik untuk kebutuhan air bersih maupun embung irigasi, yang nantinya akan membantu petani mengatasi kesulitan air di musim kemarau seperti sekarang ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum NTT Andre W.Koreh mengatakan pemerintah pada tahun 2014 juga membangun 10 buah embung kecil di lima kabupaten utuk memenuhi kebutuhan air baku dan air untuk tanaman pertanian.
"Pemerintah mengalokasikan dana Rp10 miliar membangun 10 buah embung kecil di lima kabupaten yakni Kabupaten Manggarai Barat, Sumba Barat Daya, Rote Ndao dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)," katanya.
Selain pembangunan lima buah embung kecil, pemerintah juga melakukan pekerjaan rehabilitasi dan pembangunan irigasi di Manggarai dan Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Flotim, Rote, TTS, TTU, dan Kabupaten Belu.
"Kita berharap pembangunan beberapa waduk akan terealisir dalam waktu dekat terutama rencana pembangunan waduk yang sudah dilakukan studi kelayakan," ujarnya.
Kontribusi berbagai pihak di NTT terutama pemilik lahan penting dilakukan sehingga rencana terseut terwujud. "Mari kita pikirkan bersama bersinergi untuk mendapatkan pola dan teknik, agar air bisa ditahan sedikit lebih lama, sehingga mendapat ruang dan waktu rembes yang lebih panjang," katanya.
Berikutnya, kata dia, soal kelestarian lingkungan di NTT, air tanah hanya terdapat sungai dan hutan yang tersebar parsial dan ada rimbunan pohon besar yang ditengarai adanya mata air di sana. Saat ini hutan yang sedikit ini makin gundul karena pertambahan penduduk dan terjadinya konversi lahan yang tidak terkendali. Akibatnya, masalah air makin memprihatinkan.
"Tujuh buah waduk yang diusulkan untuk dibangun, yakni Waduk Kolhua di Kota Kupang Raknamo dan Manikin di Kabupaten Kupang, serta waduk Rotiklot di Kabupaten Belu, Temef di Timor Tengah Selatan (TTS), Napunggete, Kabupaten Sikka dan Aesesa di Kabupaten Nagekeo," kata Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Charisal A.Manu di Kupang, Kamis.
Dia mengatakan ketujuh waduk tersebut sudah masuk dalam perencanaan Kementerian Pekerjaan Umum, sehingga tetap diperjuangkan untuk direalisasikan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan anggaran yang ada.
Berdasarkan rencana, jelasnya, Waduk Kolhua kapasitas tampungnya 17, 5 juta meter kubik, Temef 54 juta meter kubik, Rotiklot 2,9 juta meter kubik, Raknamo 32 Juta meter kubik, Manikin 2, 9 juta meter kubik, Napunggete 25 juta meter kubik dan Waduk Aesesa 32 juta meter kubik.
"NTT masih butuh sekitar 1,5 juta kubik air untuk mengatasi kebutuhan masyarakat akan air di musim kemarau, meskipun di musim hujan mengalami kelebihan air yang cukup besar. Untuk itu butuh penampung agar air tidak terbuang percuma," jelasnya.
Selain waduk atau bendungan, ujarnya, NTT juga masih membutuhkan sekitar 4.000-an embung baik untuk kebutuhan air bersih maupun embung irigasi, yang nantinya akan membantu petani mengatasi kesulitan air di musim kemarau seperti sekarang ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum NTT Andre W.Koreh mengatakan pemerintah pada tahun 2014 juga membangun 10 buah embung kecil di lima kabupaten utuk memenuhi kebutuhan air baku dan air untuk tanaman pertanian.
"Pemerintah mengalokasikan dana Rp10 miliar membangun 10 buah embung kecil di lima kabupaten yakni Kabupaten Manggarai Barat, Sumba Barat Daya, Rote Ndao dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)," katanya.
Selain pembangunan lima buah embung kecil, pemerintah juga melakukan pekerjaan rehabilitasi dan pembangunan irigasi di Manggarai dan Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Flotim, Rote, TTS, TTU, dan Kabupaten Belu.
"Kita berharap pembangunan beberapa waduk akan terealisir dalam waktu dekat terutama rencana pembangunan waduk yang sudah dilakukan studi kelayakan," ujarnya.
Kontribusi berbagai pihak di NTT terutama pemilik lahan penting dilakukan sehingga rencana terseut terwujud. "Mari kita pikirkan bersama bersinergi untuk mendapatkan pola dan teknik, agar air bisa ditahan sedikit lebih lama, sehingga mendapat ruang dan waktu rembes yang lebih panjang," katanya.
Berikutnya, kata dia, soal kelestarian lingkungan di NTT, air tanah hanya terdapat sungai dan hutan yang tersebar parsial dan ada rimbunan pohon besar yang ditengarai adanya mata air di sana. Saat ini hutan yang sedikit ini makin gundul karena pertambahan penduduk dan terjadinya konversi lahan yang tidak terkendali. Akibatnya, masalah air makin memprihatinkan.