New York (Antara News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Selasa (23/9) sore waktu New York atau Rabu (24/9) dinihari waktu Jakarta bersama PM Norwegia Erna Solberg memimpin pertemuan plenary 2 KTT Iklim tentang hutan di ECOSOC Chamber, Markas Besar PBB.
Dalam sidang pararel yang berlangsung pada pukul 15.44 waktu setempat atau pukul 02.45 WIB tersebut Presiden Yudhoyono membuka persidangan yang kemudian diikuti oleh paparan dari PM Erna Solberg tentang pandangan Norwegia tentang pelestarian hutan dan pencegahan kerusakan hutan baik akibat pertambahan populasi dan juga perkebunan.
Dalam sesi yang dipimpin Presiden Yudhoyono itu sejumlah pembicara yang akan menyampaikan pandangannya antara lain Presiden Kongo Joseph Kabila, CEO Unilever Paul Polman, CEO Cargil David Maclenan dan CEO Golden Agry Franky Widjaya.
Sebelumnya, saat menjadi pembicara keempat dalam sidang pararel bertema National Actions and Ambitition Announcements yang dipimpin oleh Sekjen PBB Ban Ki-moon di ECOSOC Chamber, Kepala Negara menyampaikan mengenai langkah-langkah yang sudah diambil oleh pemerintah Indonesia dalam partisipasi untuk menghadapi perubahan iklim melalui kebijakan nasional.
"Pemikiran saya terdapat dua pendekatan elemen penting dalam kebijakan Indonesia terkait perubahan iklim masing-masing kerja sama multilateral dan sejumlah aksi di tingkat nasional yang tepat untuk menghadapi tantangan yang ada," katanya.
Presiden mengatakan dalam kerja sama multilateral, Indonesia memandang bahwa semua pihak harus meningkatkan upaya untuk menghasilkan kesepakatan yang mengikat terkait kerangka kerja perubahan iklim 2020.
"Saya menggarisbawahi bahwa kesepakatan harus juga mengait dengan mitigasi, adaptasi dan kerangka kerja untuk implementasi," paparnya.
Ia menambahkan, "kita harus meningkatkan upaya kita agar dapat menghasilkan perjanjian mengenai perubahan iklim di Paris tahun depan."
Indonesia sendiri, menurut Yudhoyono, memiliki sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.
"Pertama adalah secara sukarela menetapkan pengurangan emisi gas rumah kaca 26 persen pada 2020. Dimana target itu bisa meningkat menjadi 41 persen dengan dukungan internasional," tegasnya.
Langkah kedua yang diambil Indonesia adalah mengurangi emisi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.
"Ketiga, kami terus mengeksplorasi potensi blue carbon ekosistem yang bisa membantu upaya global untuk menahan kenaikan suhu bumi rata-rata dua derajat," kata Presiden.
Sementara langkah keempat Indonesia adalah telah menandatangani amandemen Doha untuk Kyoto Protocol.
KTT Iklim sendiri ditujukan untuk melibatkan para pemimpin dunia dalam memajukan aksi-aksi dan ambisi terkait isu iklim. Pada pembukaan KTT Iklim di Plennary Hall, diisi dengan sambutan Sekjen PBB Ban Ki-moon, Wali kota New York Bill de Blasio, Ketua IFCC Rajendra Pachauri, al Gore, Li Bingbing, Leonardo de Caprio selaku utusan khusus PBB untuk perdamaian serta aktivis Kathy Jetnit-Kijiner.
Dalam sidang pararel yang berlangsung pada pukul 15.44 waktu setempat atau pukul 02.45 WIB tersebut Presiden Yudhoyono membuka persidangan yang kemudian diikuti oleh paparan dari PM Erna Solberg tentang pandangan Norwegia tentang pelestarian hutan dan pencegahan kerusakan hutan baik akibat pertambahan populasi dan juga perkebunan.
Dalam sesi yang dipimpin Presiden Yudhoyono itu sejumlah pembicara yang akan menyampaikan pandangannya antara lain Presiden Kongo Joseph Kabila, CEO Unilever Paul Polman, CEO Cargil David Maclenan dan CEO Golden Agry Franky Widjaya.
Sebelumnya, saat menjadi pembicara keempat dalam sidang pararel bertema National Actions and Ambitition Announcements yang dipimpin oleh Sekjen PBB Ban Ki-moon di ECOSOC Chamber, Kepala Negara menyampaikan mengenai langkah-langkah yang sudah diambil oleh pemerintah Indonesia dalam partisipasi untuk menghadapi perubahan iklim melalui kebijakan nasional.
"Pemikiran saya terdapat dua pendekatan elemen penting dalam kebijakan Indonesia terkait perubahan iklim masing-masing kerja sama multilateral dan sejumlah aksi di tingkat nasional yang tepat untuk menghadapi tantangan yang ada," katanya.
Presiden mengatakan dalam kerja sama multilateral, Indonesia memandang bahwa semua pihak harus meningkatkan upaya untuk menghasilkan kesepakatan yang mengikat terkait kerangka kerja perubahan iklim 2020.
"Saya menggarisbawahi bahwa kesepakatan harus juga mengait dengan mitigasi, adaptasi dan kerangka kerja untuk implementasi," paparnya.
Ia menambahkan, "kita harus meningkatkan upaya kita agar dapat menghasilkan perjanjian mengenai perubahan iklim di Paris tahun depan."
Indonesia sendiri, menurut Yudhoyono, memiliki sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.
"Pertama adalah secara sukarela menetapkan pengurangan emisi gas rumah kaca 26 persen pada 2020. Dimana target itu bisa meningkat menjadi 41 persen dengan dukungan internasional," tegasnya.
Langkah kedua yang diambil Indonesia adalah mengurangi emisi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.
"Ketiga, kami terus mengeksplorasi potensi blue carbon ekosistem yang bisa membantu upaya global untuk menahan kenaikan suhu bumi rata-rata dua derajat," kata Presiden.
Sementara langkah keempat Indonesia adalah telah menandatangani amandemen Doha untuk Kyoto Protocol.
KTT Iklim sendiri ditujukan untuk melibatkan para pemimpin dunia dalam memajukan aksi-aksi dan ambisi terkait isu iklim. Pada pembukaan KTT Iklim di Plennary Hall, diisi dengan sambutan Sekjen PBB Ban Ki-moon, Wali kota New York Bill de Blasio, Ketua IFCC Rajendra Pachauri, al Gore, Li Bingbing, Leonardo de Caprio selaku utusan khusus PBB untuk perdamaian serta aktivis Kathy Jetnit-Kijiner.