Manado   (Antara News) - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara (Sulut) Olvie Atteng mengatakan pada awal bulan September 2014 provinsi tersebut telah mengekspor tepung kelapa ke Siprus.

         "Negara Siprus merupakan pasar baru bagi tujuan komoditas unggulan Sulut, dan di tahap awal ini yakni tepung kelapa," kata Olvie, di Manado, Jumat.

         Tepung kelapa yang diekspor ke Siprus sebanyak 12,5 ton dengan sumbangan devisa bagi daerah sebesar 31.250 dolar Amerika Serikat (AS).

         Meski Siprus merupakan pasar baru tetapi melihat potensi pasar negara tersebut maka pelaku usaha daerah ini perlu mengoptimalkan peluang ini.

         Dengan mengoptimalkan pasar ke Siprus akan mendukung program memperluas pasar ekspor yang jadi target pemerintah.

         "Selama ini angka ekspor Sulut bisa dikatakan cukup baik, hanya saja negara tujuannya masih sedikit. Perlu diperluas supaya tidak ada ketergantungan misalnya bila terjadi gejolak di negara tujuan ekspor, bisa dialihkan ke negara lain, sehingga industri akan tetap jalan," kata Hasudungan.

         Ia berharap, ke depan bisa dikembangkan komoditi ekspor dengan kandungan lokal lebih tinggi.

         Selain itu, barang-barang yang sudah diolah di Indonesia, bukan mengekspor bahan mentah, karena hal ini akan memberikan nilai tambah.

         Banyak sekali negara-negara di Eropa dan Afrika serta Timur Tengah perlu digarap menjadi tujuan ekspor Sulut, katanya.

         Siprus adalah sebuah negara pulau di Laut Tengah bagian timur, ±113 km di sebelah selatan Turki dan 120 km di sebelah barat Suriah. Ibu kotanya adalah Lefkosia (Nikosia). Kota penting lainnya adalah Lemesos (Limassol), Larnaca, Paphos, Ammochostos (Famagusta), dan Kyrenia.

         Siprus, ketika masih merupakan jajahan Britania Raya, akan diberikan kepada Yunani, tetapi minoritas Turki menolak sehingga akhirnya pada tahun 1959 didirikan negara Siprus merdeka.

         Pada tanggal 1 Mei 2004 yang bertepatan dengan peringatan Hari Buruh, Siprus menjadi anggota Uni Eropa. Tetapi yang diperbolehkan ikut hanya wilayah selatan saja, kecuali kalau wilayah utara juga ingin bersatu.

         Ekonomi negara tersebut, tergantung pada ekspor produk pertanian (jeruk, kentang, anggur, tembakau) dan penghasilan pariwisata. Sektor perikanan hampir tak ada artinya; perairan di sekeliling pulau kurang ikan. Selain itu sektor pertambangan masih menguntungkan (tembaga, besi, marmer, dan gipsum).

Pewarta : Jootje Kumajas
Editor : Sarjono
Copyright © ANTARA 2024