Jayapura  (Antara News) - Polisi dan TNI meningkatkan kewaspadaan di kawasan perbatasan Papua dan Papua New Guinea (PNG) menyusul terjadinya tindakan represif militer PNG terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Sabtu, sekitar pukul 10.00 WIT.

         "Peningkatan kewaspadaan di wilayah RI itu merupakan langkah antisipasi terhadap tindakan militer PNG pada KKB di wilayah seberang," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono di Jayapura, Sabtu petang.

         Ia mengatakan sekitar pukul 10.00 WIT polisi di perbatasan melihat dari menara pemantau adanya kepulan asap hitam di wilayah PNG.  
    Selanjutnya dilakukan pengecekan di Kampung Wutung, ternyata asap tersebut berasal dari dua unit camp  milik Meki Gombo (pentolan KKB) yang dibakar oleh militer PNG.

         Kemudian sekitar pukul 11.00 WIT terdengar bunyi tembakan sebanyak satu kali dari kawasan pegunungan, dan  berselang 30 menit kemudian terdengar lagi bunyi tembakan sebanyak tiga kali dari kawasan hutan.

         Diduga kuat bunyi tembakan itu merupakan bagian dari aksi perlawanan KKB terhadap militer PNG, sekaligus sebagai upaya mereka menciptakan suasana tidak kondusif di kawasan perbatasan Papua-PNG.

         Karena itu, polisi perbatasan di wilayah Papua meningkatkan koordinasi dengan satuan TNI pengamanan perbatasan, guna menyikapi permasalahan tersebut, sekaligus menerapkan langkah-langkah antisipasi.

         Polda Papua menambah personil Dalman satu SST (Satuan Setingkat Peleton) sekitar 30 orang, guna memberi perkuatan kepada polisi perbatasan.

         Selain itu mengirim satu tim tindak dari Brimob yang sudah di lokasi perbatasan sejak beberapa jam lalu.

        "Juga berkoordinasi pasukan TNI batalyon pamtas untuk mengecek arah penembakan. Motif penembakan," ujarnya.

         Pudjo menambahkan bukan rahasia lagi bahwa kelompok kriminal bersenjata tersebut selalu berusaha membuat keresahan dengan cara menakut- nakuti masyarakat dan hendak mengambil keuntungan di perbatasan.

         Akibatnya warga perbatasan baik di wilayah Papua Indonesia atau PNG sangat resah sehingga mereka tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari hari seperti berkebun, berdagang, bersekolah dan kegiatan lainnya.

         "Maka aksi kelompok ini harus dikutuk dan dijadikan musuh bersama," ujar Pudjo.

Pewarta : Anwar Maga
Editor :
Copyright © ANTARA 2024