Semarang (Antara News) - Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi SP menilai keteladanan dari para pejabat tentang kesederhanaan dan antikorupsi mulai langka di zaman sekarang.
"Bangsa Indonesia sekarang ini minim keteladanan. Padahal keteladanan dari pemimpin dibutuhkan. Para pejabat justru mempertontonkan kemewahan dan foya-foyanya," katanya di Semarang, Selasa.
Hal itu diungkapkannya usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) KPK dengan tiga PT, yakni Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Johan mencontohkan ada pejabat yang untuk pesta pernikahan anaknya sampai menghabiskan puluhan miliar rupiah, sementara kondisi masyarakat Indonesia masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan.
"Ada pejabat yang untuk menikahkan anaknya saja sampai menghabiskan Rp35 miliar. Apa tidak boleh? Ya boleh-boleh saja, tetapi ya jangan dipertontonkan kepada masyarakat," katanya.
Menurut dia, pejabat yang mempertontonkan dan menonjolkan kemewahan justru akan membuat masyarakat bersikap apatis terhadap upaya pemberantasan tindak korupsi yang kian gencar dilakukan.
Ia mengingatkan kesederhanaan yang dicontohkan oleh para pendahulu, semisal Mohammad Hatta semasa menjadi Wakil Presiden RI yang sampai menabung hanya untuk membeli sepatu Bally yang diidamkannya.
"Hanya untuk membeli sepatu Bally yang diimpikannya, Bung Hatta pun masih menabung. Bahkan, kalau tidak keliru sepatu yang diidamkannya itu tidak sempat terbeli hingga akhir hayatnya," ungkapknya.
Demikian pula dengan keteladanan yang dicontohkan Jenderal (Pol) Hoegeng Imam Santoso yang selalu menunjukkan kesederhanaan meski sudah menjabat sebagai Kepala Kepolisian RI (Kapolri).
"Bahkan, Jenderal Hoegeng pindah dari rumah dinasnya tidak membawa apa-apa. Barang-barang yang dimilikinya hanya dibungkus kain. Keteladanan seperti inilah yang harus dicontoh," katanya.
Namun, kata Johan, para pejabat sekarang ini tidak memperlihatkan kesederhanaan sebagaimana dicontohkan para pejabat dulu, melainkan justru menonjolkan dan mempertontonkan kemewahan dan foya-foya.
"Bangsa Indonesia sekarang ini minim keteladanan. Padahal keteladanan dari pemimpin dibutuhkan. Para pejabat justru mempertontonkan kemewahan dan foya-foyanya," katanya di Semarang, Selasa.
Hal itu diungkapkannya usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) KPK dengan tiga PT, yakni Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Johan mencontohkan ada pejabat yang untuk pesta pernikahan anaknya sampai menghabiskan puluhan miliar rupiah, sementara kondisi masyarakat Indonesia masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan.
"Ada pejabat yang untuk menikahkan anaknya saja sampai menghabiskan Rp35 miliar. Apa tidak boleh? Ya boleh-boleh saja, tetapi ya jangan dipertontonkan kepada masyarakat," katanya.
Menurut dia, pejabat yang mempertontonkan dan menonjolkan kemewahan justru akan membuat masyarakat bersikap apatis terhadap upaya pemberantasan tindak korupsi yang kian gencar dilakukan.
Ia mengingatkan kesederhanaan yang dicontohkan oleh para pendahulu, semisal Mohammad Hatta semasa menjadi Wakil Presiden RI yang sampai menabung hanya untuk membeli sepatu Bally yang diidamkannya.
"Hanya untuk membeli sepatu Bally yang diimpikannya, Bung Hatta pun masih menabung. Bahkan, kalau tidak keliru sepatu yang diidamkannya itu tidak sempat terbeli hingga akhir hayatnya," ungkapknya.
Demikian pula dengan keteladanan yang dicontohkan Jenderal (Pol) Hoegeng Imam Santoso yang selalu menunjukkan kesederhanaan meski sudah menjabat sebagai Kepala Kepolisian RI (Kapolri).
"Bahkan, Jenderal Hoegeng pindah dari rumah dinasnya tidak membawa apa-apa. Barang-barang yang dimilikinya hanya dibungkus kain. Keteladanan seperti inilah yang harus dicontoh," katanya.
Namun, kata Johan, para pejabat sekarang ini tidak memperlihatkan kesederhanaan sebagaimana dicontohkan para pejabat dulu, melainkan justru menonjolkan dan mempertontonkan kemewahan dan foya-foya.