Kendari (Antara News) - Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam mengatakan, pelaku penyelewengan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi harus dihukum berat karena perbuatan mereka sangat merugikan rakyat kecil yang membutuhkan BBM bersubsidi tersebut.
"Pemerintah memberikan subsidi BBM untuk membantu rakyat yang tidak mampu membeli BBM sesuai dengan harga BBM industri," kata Gubernur Nur Alam di Kendari, Minggu.
Oleh karena itu, siapa pun yang ketahuan menyelewengkan BBM bersubsidi harus dihukum berat, bila perlu lebih berat dari hukuman para koruptor. "Pelaku penyelewengan BBM lebih kejam dari para koruptor karena perbuatan mereka (penyeleweng BBM), tidak hanya merugikan keuangan negara melainkan juga merampas hak-hak rakyat miskin," katanya.
Gubernur menyampaikan pernyataan tersebut menanggapi kesulitan para nelayan di Kota Kendari memperoleh BBM bersubsidi akibat penyelewengan oleh oknum-oknum tertentu.
Para Nelayan Kendari yang membutuhkan BBM bersubsidi 1.400 kilo liter per bulan, hanya mendapatkan jatah BBM bersubsdi 400 kilo liter per bulan.
Kondisi tersebut membuat para nelayan tidak maksimal melaut, bahkan harus bergantian karena sebagian tidak mendapatkan BBM yang dipasok dari Pertamina.
"Pemerintah memberikan subsidi BBM untuk membantu rakyat yang tidak mampu membeli BBM sesuai dengan harga BBM industri," kata Gubernur Nur Alam di Kendari, Minggu.
Oleh karena itu, siapa pun yang ketahuan menyelewengkan BBM bersubsidi harus dihukum berat, bila perlu lebih berat dari hukuman para koruptor. "Pelaku penyelewengan BBM lebih kejam dari para koruptor karena perbuatan mereka (penyeleweng BBM), tidak hanya merugikan keuangan negara melainkan juga merampas hak-hak rakyat miskin," katanya.
Gubernur menyampaikan pernyataan tersebut menanggapi kesulitan para nelayan di Kota Kendari memperoleh BBM bersubsidi akibat penyelewengan oleh oknum-oknum tertentu.
Para Nelayan Kendari yang membutuhkan BBM bersubsidi 1.400 kilo liter per bulan, hanya mendapatkan jatah BBM bersubsdi 400 kilo liter per bulan.
Kondisi tersebut membuat para nelayan tidak maksimal melaut, bahkan harus bergantian karena sebagian tidak mendapatkan BBM yang dipasok dari Pertamina.