Jakarta (Antara News) - Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengharapkan mobil murah hemat energi dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC) tidak meningkatkan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional.

"Dalam kaitan itu tentu diharapkan tidak menimbulkan peningkatan subsidi. Namun, apakah itu kemudian menyebabkan peningkatan impor BBM, itu masih harus dikaji. Logikanya, kalau per mobil konsumsi BBM-nya turun, maka akan turun semuanya. Tetapi bukan dilihat dari segi itu, dilihat dari orang yang tadinya pakai motor jadi pakai mobil, namun untuk saat ini masih terlalu awal berspekulasi," ujar Wamenkeu.

Ia mengatakan bahwa kehadiran LCGC lebih diharapkan dapat mendorong penggunaan komponen otomotif dalam negeri sehingga dapat meningkatkan investasi di domestik.

"Mengenai LCGC itu bisa dilihat dari sisi produksinya. Kalau yang kami pahami LCGC itu lebih banyak menggunakan komponen dalam negeri. Dengan demikian ada 'multiplier effect' dan 'added value'-nya lebih tinggi daripada mobil yang bukan LCGC," kata dia.

Jika kemudian komponen barang modalnya meningkat, Mahendra memandang tidak perlu terjadi, karena dari segi barang modal tidak banyak kepada investasi mesin baru tetapi cenderung pada pemanfaatan kapasitas yang sudah ada dengan menggunakan teknologi yang lebih hemat energi.

Mahendra juga mengatakan bahwa saat ini lebih penting bagaimana untuk mensubstitusi BBM dengan biofuel.

"Itu yang lebih konkret, apakah nanti mau dipakai untuk LCGC atau yang lainnya, atau misalnya mendorong penggunaan gas alam terkompresi (Compressed natural gas/CNG) yang memang mensubtitusi BBM. Langkah strategis itu yang perlu difokuskan daripada berharap bahwa LCGC memberikan dampak yang signifikan terhadap impor BBM," paparnya.

Mahendra juga mengharapkan bahwa konsumsi BBM dapat lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sehingga defisit neraca transaksi berjalan menjadi lebih kecil.

Pewarta : Oleh Zubi Mahrofi
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024