Kendari, (Antara News) - Sedikitnya 11 di antara lebih dari 110 imigran gelap yang selama ini berada di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, dipulangkan ke negara asalnya di Iran.
Kepala Kantor Imigrasi Kendari Hendriartono di Kendari, Selasa, mengatakan ke-11 warga negara asing yang dideportasi itu terdiri atas tujuh pria dewasa, tiga wanita dewasa, dan satu anak laki-laki.
"Imigran gelap itu sudah kita berangkatkan dengan menggunakan pesawat Lion Air (19/9) dari Bandara Haluoleo Kendari, menuju Cengkareng Jakarta dan setiba di Jakarta, oleh pihak Imigrasi kemudian diterbangkan ke negaranya," katanya.
Selama 2012 hingga 2013, sedikitnya sudah lebih dari 800 imigran gelap berasal dari Iran, Myanmar, dan Pakistan masuk di wilayah Sulawesi Tenggara tanpa dokumen resmi, dengan maksud untuk mencari suaka politik ke Australia.
Jalur yang mereka lewati sebelum tiba di Kota Kendari, yakni dari Jakarta dan Nusa Tenggara Timur, kemudian terbang ke Kota Kendari dan bahkan ke Kota Baubau.
"Setelah mereka berada di Kota Kendari dan Kota Baubau, kemudian berupaya mencari informasi sekaligus mendekati para nelayan untuk menyewa kapal-kapal mereka untuk menuju Australia," katanya.
Pada pertengahan Agustus 2013, Kantor Imigrasi Kendari juga mendeportasi 23 imigran berasal dari Iran karena memasuki wilayah hukum Indonesia secara tidak sah.
"Mereka memasuki wilayah hukum Indonesia tanpa melalui proses yang sah," katanya.
Ia mengatakan pemulangan warga negara asing secara bertahap tersebut sesuai kemampuan pembiayaan dari International Organization for Migration (IOM), organisasi internasional untuk migrasi.
Rumitnya pengurusan administrasi pemulangan para imigran dan mahalnya biaya, mengakibatkan berlarut-larut para imigran berada di daerah itu.
"Keberadaan imigran gelap di daerah ini, sebenarnya sudah memusingkan pihak Imigrasi Kendari karena harus memikirkan biaya penginapan, makan, pengawasan, dan pemulangan mereka," kata Hendriartono.
Kepala Kantor Imigrasi Kendari Hendriartono di Kendari, Selasa, mengatakan ke-11 warga negara asing yang dideportasi itu terdiri atas tujuh pria dewasa, tiga wanita dewasa, dan satu anak laki-laki.
"Imigran gelap itu sudah kita berangkatkan dengan menggunakan pesawat Lion Air (19/9) dari Bandara Haluoleo Kendari, menuju Cengkareng Jakarta dan setiba di Jakarta, oleh pihak Imigrasi kemudian diterbangkan ke negaranya," katanya.
Selama 2012 hingga 2013, sedikitnya sudah lebih dari 800 imigran gelap berasal dari Iran, Myanmar, dan Pakistan masuk di wilayah Sulawesi Tenggara tanpa dokumen resmi, dengan maksud untuk mencari suaka politik ke Australia.
Jalur yang mereka lewati sebelum tiba di Kota Kendari, yakni dari Jakarta dan Nusa Tenggara Timur, kemudian terbang ke Kota Kendari dan bahkan ke Kota Baubau.
"Setelah mereka berada di Kota Kendari dan Kota Baubau, kemudian berupaya mencari informasi sekaligus mendekati para nelayan untuk menyewa kapal-kapal mereka untuk menuju Australia," katanya.
Pada pertengahan Agustus 2013, Kantor Imigrasi Kendari juga mendeportasi 23 imigran berasal dari Iran karena memasuki wilayah hukum Indonesia secara tidak sah.
"Mereka memasuki wilayah hukum Indonesia tanpa melalui proses yang sah," katanya.
Ia mengatakan pemulangan warga negara asing secara bertahap tersebut sesuai kemampuan pembiayaan dari International Organization for Migration (IOM), organisasi internasional untuk migrasi.
Rumitnya pengurusan administrasi pemulangan para imigran dan mahalnya biaya, mengakibatkan berlarut-larut para imigran berada di daerah itu.
"Keberadaan imigran gelap di daerah ini, sebenarnya sudah memusingkan pihak Imigrasi Kendari karena harus memikirkan biaya penginapan, makan, pengawasan, dan pemulangan mereka," kata Hendriartono.