Kendari, (Antara News) - Pihak kedutaan besar Iran diminta ikut ambil bagian dalam urusan percepatan deportasi imigran gelap yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Anggota Komisi I DPRD Sultra Yaudu Salam Ajo di Kendari, Kamis, mengatakan keberadaan imigran gelap bukan hanya menjadi tanggungjawab Indonesia atau daerah dimana mereka terdampar.
"Indonesia adalah penerima imbas dari ketidakstabilan situasi politik dari negara asal para imigran, seperti Iran. Tidak rasional kalau Indonesia harus menjadi pihak yang paling bertanggungjawab," kata Yaudu Salam Ajo, politisi PKS.
Oleh karena itu, diharapkan negara asal para imigran melalui kedutaan besar bersama pemerintah Indonesia serta pihak ketiga International Organization for Migran (IOM) mempercepat proses deportasi para imigran. "Keberadaan mereka di Kendari sudah mulai menimbulkan keresahan karena melakukan tindak kekerasan dan mabuk-mabukan di tempat umum," kata Yaudu.
Kantor Imigrasi Sultra mencatat bahwa kurun waktu sembilan bulan terakhir telah menangani 800 orang imigran gelap dari berbagai negara.
Kepala Kantor Imigrasi Sultra Hendriartono mengatakan posisi perairan Sultra berada pada jalur strategis menuju Australia sehingga menjadi daerah persinggahan bagi para imigran.
"Sultra adalah daerah transit bagi imigran tujuan Australia, baik melalui sarana kapal laut maupun pesawat udara," kata Hendriartono.
Dari jumlah 800 orang imigran gelap tersebut sudah dipulangkan secara bertahap namun masih tersisa 170 orang.
Kantor Imigrasi Kendari dalam dua pekan terakhir
mendeportasi 23 orang imigran asal Negara Iran karena keberadaan mereka tidak sah.
"Mereka memasuki wilayah hukum Indonesia tanpa melalui proses yang sah sehingga tidak berhak tinggal atau pun singga," kata Hendriartono.
Pemulangan imigran dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan pembiayaan dari IOM karena rumitnya pengurusan adminitrasi pemulangan para imigran dan mahalnya biaya.
"Keberadaan imigran gelap di daerah ini sudah memusingkan kantor Imigrasi Kendari karena harus memikirkan biaya penginapan, makan, pengawasan dan pemulangan mereka," kata Hendriartono.
Pertengahan Agustus 2013 lalu staf kedutaan besar Iran mengunjungi para imigran gelap yang diamankan di Kendari, Sultra.
"Kalian harus berbaik-baik dengan warga Kendari, Indonesia. Warga Negara Indonesia sopan dan menghargai warga Iran," kata Konsuler Kedubes Iran Kasmiri saat berbicara dengan para imigran.
Kalau kalian berlaku kasar pada sopir taksi atau melakukan pengrusakan barang milik warga Kendari, Indonesia maka kalian akan menjadi sasaran pengoroyokan, kata Konsuler Kasmiri di hotel penampungan ratusan imigran asal Iran.
Anggota Komisi I DPRD Sultra Yaudu Salam Ajo di Kendari, Kamis, mengatakan keberadaan imigran gelap bukan hanya menjadi tanggungjawab Indonesia atau daerah dimana mereka terdampar.
"Indonesia adalah penerima imbas dari ketidakstabilan situasi politik dari negara asal para imigran, seperti Iran. Tidak rasional kalau Indonesia harus menjadi pihak yang paling bertanggungjawab," kata Yaudu Salam Ajo, politisi PKS.
Oleh karena itu, diharapkan negara asal para imigran melalui kedutaan besar bersama pemerintah Indonesia serta pihak ketiga International Organization for Migran (IOM) mempercepat proses deportasi para imigran. "Keberadaan mereka di Kendari sudah mulai menimbulkan keresahan karena melakukan tindak kekerasan dan mabuk-mabukan di tempat umum," kata Yaudu.
Kantor Imigrasi Sultra mencatat bahwa kurun waktu sembilan bulan terakhir telah menangani 800 orang imigran gelap dari berbagai negara.
Kepala Kantor Imigrasi Sultra Hendriartono mengatakan posisi perairan Sultra berada pada jalur strategis menuju Australia sehingga menjadi daerah persinggahan bagi para imigran.
"Sultra adalah daerah transit bagi imigran tujuan Australia, baik melalui sarana kapal laut maupun pesawat udara," kata Hendriartono.
Dari jumlah 800 orang imigran gelap tersebut sudah dipulangkan secara bertahap namun masih tersisa 170 orang.
Kantor Imigrasi Kendari dalam dua pekan terakhir
mendeportasi 23 orang imigran asal Negara Iran karena keberadaan mereka tidak sah.
"Mereka memasuki wilayah hukum Indonesia tanpa melalui proses yang sah sehingga tidak berhak tinggal atau pun singga," kata Hendriartono.
Pemulangan imigran dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan pembiayaan dari IOM karena rumitnya pengurusan adminitrasi pemulangan para imigran dan mahalnya biaya.
"Keberadaan imigran gelap di daerah ini sudah memusingkan kantor Imigrasi Kendari karena harus memikirkan biaya penginapan, makan, pengawasan dan pemulangan mereka," kata Hendriartono.
Pertengahan Agustus 2013 lalu staf kedutaan besar Iran mengunjungi para imigran gelap yang diamankan di Kendari, Sultra.
"Kalian harus berbaik-baik dengan warga Kendari, Indonesia. Warga Negara Indonesia sopan dan menghargai warga Iran," kata Konsuler Kedubes Iran Kasmiri saat berbicara dengan para imigran.
Kalau kalian berlaku kasar pada sopir taksi atau melakukan pengrusakan barang milik warga Kendari, Indonesia maka kalian akan menjadi sasaran pengoroyokan, kata Konsuler Kasmiri di hotel penampungan ratusan imigran asal Iran.