Bangkalan, Jawa Timur (Antara News) - Djoko Santoso menyambut baik gagasan yang dilontarkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengenai calon presiden yang diusung bersama oleh partai-partai Islam.
"Saya menyambut baik gagasan yang brilian ini. Memang diperlukan seorang capres yang memiliki ideologi nasionalis-relijius," kata Djoko Santoso, Panglima TNI 2007-2010, kepada pers usai berbicara dalam dialog kebangsaan di Universitas Trunojoyo, Bangkalan, Madura, Selasa.
Djoko Santoso mengemukakan bahwa capres dimaksud harus dimunculkan oleh partai-partai Islam melalui proses seleksi ketat mengacu kepada kompetensi, kapabilitas, integritas, dan rekam jejak (track record) capres yang bersangkutan.
"Pemimpin nasionalis-relijius itu sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia ke depan karena tantangann yang dihadapi bangsa akan sangat berat. Tahun pertama saja sudah harus menghadapi Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) 2015," kata Djoko yang sedang bersafari politik di Jatim. Sehari sebelumnya, Djoko bertemu dengan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama di Jombang.
Sebelumnya, politisi PKS Mardani Alisera mengusulkan agar partai-partai Islam bersatu dalam menghadapi Pilpres dan memunculkan nama calon. Para pemimpin parpol Islam dan ormas Islam harus berinisiatif untuk rembuk nasional menemukan figur capres yang didukung bersama.
"Agar parpol Islam dan Ormas Islam bersatu dalam Pilpres. Umat Islam khususnya para pemimpinnya harus sadar Pilpres sangat strategis untuk umat," kata Mardani dalam pernyataannya kepada pers pekan lalu di Jakarta.
Menurut Mardani, PKS menghitung partai Isman yang diharapkan bersatu adalah PKS, PAN, PKB, PPP, dan PBB. Tokohnya tergantung kesepakatan nantinya, namun PKS menyebutkan beberapa nama yang dianggap layak nyapres.
Sementara itu, mengenai kunjungan Djoko Santoso ke Jatim, wartawan senior Usamah Hisyam yang menyertai Djoko Santoso mengemukakan, tujuannya adalah untuk memperkenalkan Gerakan Indonesia ASA dan menjelaskan kesiapannya untuk maju sebagai Calon Presiden pada Pemilihan Presiden tahun 2014.
Menurut Usamah, Djoko Santoso adalah prajurit dengan rekam jejak yang cemerlang. Ia berhasil mengendalikan demonstrasi satu juta orang di Yogyakarta pada Mei 1998 saat menjabat sebagai Danrem 072/Pamungkas, ketika di tempat-tempat lain unjuk rasa berubah menjadi anarkis dan menimbulkan kerusuhan besar seperti yang terjadi di Jakarta, Makassar, dan Solo.
Putera Solo kelahiran 8 September 1952 itu juga berhasil memadamkan konflik SARA di Ambon saat ia menjabat Pangdam XVI/Pattimura. Djoko Santoso juga termasuk salah satu penggagas reformasi TNI serta tidak pernah terlibat pelanggaran hak-hak asasi manusia dan urusan bisnis di lingkungan TNI.
Selain Ketua Dewan Pembina Gerakan Indonesia ASA, Djoko Santoso kini duduk selaku Ketua Dewan Pembina Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) yang beranggotakan 4,7 juta orang serta Ketua Dewan Penasehat pada Forum Sekretaris Desa Seluruh Indonesia (Forsekdesi) dan Pandu Tani Indonesia (Patani) yang berpengaruh dalam puluhan juta warga pedesaan.