Wangiwangi (Antara News) - Sebanyak 21 kapal layar mewah `Yacth` peserta Sail Komodo 2013 yang singgah di Wakatobi mulai meninggalkan kabupaten tersebut sejak Minggu(18/8) malam.
Pantauan di Pelabuhan Marina Wangiwangi Senin siang, masih ada lima kapal `Yacth` yang masih berlabu di pelabuhan. Menurut Bupati Wakatobi, Hugua, kapal `yacth` yang masih berlabu tersebut baru akan meninggalkan Wakatobi menuju Pasarwajo, Kabupaten Buton, Senin malam nanti.
"Siang ini penumpang lima kapal `yacth` itu masih menyelam di Pulau Hoga, menikmati keindahan alam bawah laut pulau tersebut yang dihuni beragam jenis terumbu karang, ikan dan biota laut lainnya," katanya, seraya mengatakan, selama berada di Wakatobi para penumpang kapal layar mewah menyaksikan berbagai antraksi tradisi budaya masyarakat setempat.
Berbagai atraksi budaya tersebut antara laini "Kabuenga` dan Karia di Pulau Kapota, `Posepa` di Liya Togo, dan `Bangka Mbule-mbule` di pesisir pantai laut Mandati. `Kabuenga` merupakan tradisi masyarakat Wakatobi dalam mencari jodoh bagi kaum muda mudi.
Biasanya, muda mudi atau kaum remaja yang mengikuti tradisi `Kabuenga` segera menemukan jodoh dan menikah. Sedangkan `Mbangka Mbule-mbule` merupakan tradisi nelayan Wakatobi melarung sesajen di tengah laut yang digelar sekali setahun pada setiap kali musim paceklik ikan dan kondisi cuaca di laut sedang tidak bersahabat dengan para nelayan, terutama nelayan penangkap ikan.
Sementara `Posepa` menurut bupati merupakan kebiasaan masyarakat Liya Togo Wakatobi saling menendang mengadu kekuatan betis pada setiap selesai melaksanakan Shalat Idul Fitri. Mereka yang cidera kaki atau patah tulang betis kata Bupati Hugua, bisa segera pulih kembali setelah dimantra-mantra tetuah adat yang telah disiapkan kedua pihaak yang saling beradu tentang kaki. `Posepa` dalam bahasa masyarakat setempat artinya baku tendang.
Pantauan di Pelabuhan Marina Wangiwangi Senin siang, masih ada lima kapal `Yacth` yang masih berlabu di pelabuhan. Menurut Bupati Wakatobi, Hugua, kapal `yacth` yang masih berlabu tersebut baru akan meninggalkan Wakatobi menuju Pasarwajo, Kabupaten Buton, Senin malam nanti.
"Siang ini penumpang lima kapal `yacth` itu masih menyelam di Pulau Hoga, menikmati keindahan alam bawah laut pulau tersebut yang dihuni beragam jenis terumbu karang, ikan dan biota laut lainnya," katanya, seraya mengatakan, selama berada di Wakatobi para penumpang kapal layar mewah menyaksikan berbagai antraksi tradisi budaya masyarakat setempat.
Berbagai atraksi budaya tersebut antara laini "Kabuenga` dan Karia di Pulau Kapota, `Posepa` di Liya Togo, dan `Bangka Mbule-mbule` di pesisir pantai laut Mandati. `Kabuenga` merupakan tradisi masyarakat Wakatobi dalam mencari jodoh bagi kaum muda mudi.
Biasanya, muda mudi atau kaum remaja yang mengikuti tradisi `Kabuenga` segera menemukan jodoh dan menikah. Sedangkan `Mbangka Mbule-mbule` merupakan tradisi nelayan Wakatobi melarung sesajen di tengah laut yang digelar sekali setahun pada setiap kali musim paceklik ikan dan kondisi cuaca di laut sedang tidak bersahabat dengan para nelayan, terutama nelayan penangkap ikan.
Sementara `Posepa` menurut bupati merupakan kebiasaan masyarakat Liya Togo Wakatobi saling menendang mengadu kekuatan betis pada setiap selesai melaksanakan Shalat Idul Fitri. Mereka yang cidera kaki atau patah tulang betis kata Bupati Hugua, bisa segera pulih kembali setelah dimantra-mantra tetuah adat yang telah disiapkan kedua pihaak yang saling beradu tentang kaki. `Posepa` dalam bahasa masyarakat setempat artinya baku tendang.