Jakarta (Antara News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan penggunaan kekuatan dan senjata militer dalam menghadapi pengunjuk rasa di Mesir bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan kemanusian.

"Saya menyeru agar pihak-pihak yang berhadapan bisa saling menahan diri," kata Yudhoyono, saat pidato kenegaraan presiden dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta, Jumat.

Presiden berharap agar krisis politik yang terjadi di Mesir segera teratasi dan proses rekonsiliasi nasional di negara itu segera dimulai.

"Indonesia sangat prihatin atas apa yang terjadi di Mesir," katanya menegaskan.

Yudhoyono juga berharap bahwa berharap korban jiwa yang terus berjatuhan dalam suatu demontrasi di negara itu dapat segera dihentikan.

"Saya tahu situasi yang dihadapi oleh Bangsa mesir saat ini tidak mudah, tetapi selalu ada jalan keluar jika semua pihak mau membangun kompromi dan 'win-win solution'," kata Presiden berharap.

Dalam pemberitaan sebelumnya, krisis politik di Mesir ini telah memakan korban 600 lebih korban tewas, baik dari pihak pendukung Ikhwanul Muslimin yang mendukung mantan Presiden terguling Mohamed Moursi maupun dari pihak militer serta polisi.

Kelompok Ikhwanul Muslim menuduh militer telah melakukan kudeta ketika mereka menggulingkan pemimpinnya, Presiden terpilih Mohamed Moursi bulan lalu.

Para aktivis liberal dan pemuda yang mendukung militer melihat gerakan itu sebagai respons positif terhadap tuntutan rakyat di Mesir.

Pewarta : Oleh Joko Susilo
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024