Bantaeng (Antara News) - Pemungutan suara secara elektronik atau e-voting untuk pertama kali disimulasikan secara riil dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, yang berlangsung pada Rabu ini.

Simulasi e-voting tersebut dilakukan di 42 tempat pemungutan suara (TPS) dari total 361 TPS.

Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Dr Idrus Paturusi saat meninjau penerapan e-voting di TPS 2 Kelurahan Letta mengatakan e-voting sangat efektif, efesien, dan hasilnya lebih akurat. Pihaknya berencana mempresentasikan hasil simulasi e-voting dalam Pilkada Bantaeng ke DPR.

"Hasil e-voting ini akan diramu dalam bentuk presentasi dan akan disampaikan ke Komisi II DPR," kata Idrus.

Pihaknya berharap mendapat dukungan dari semua pihak sehingga e-voting nanti bisa diterapkan di semua pilkada, bahkan Pemilihan Presiden 2014.  

"Kami berharap e-voting dapat digunakan sebagai bahan untuk pilkada dan pilpres. Kita akan buktikan bahwa e-voting efesien," katanya.

Ia mengatakan dari segi waktu yang dibutuhkan dalam proses penyaluran hak pilih, perbandingan antara cara manual dan e-voting bisa mencapai 1:5.

"Bila dihitung kecepatan waktu satu orang pakai manual, maka dengan pengunaan waktu yang sama dengan e-voting bisa lima orang," katanya.

Selain itu, tambah Idrus, e-voting juga mampu mengurangi anggaran logistik pilkada yang selama ini menyedot anggaran paling besar. Tidak hanya itu, data e-voting langsung bisa diinput dengan tingkat akurasi mencapai 99 persen.  

"Hasil ini masih akan dianalisa, kami berharap mendapat 'support' dari DPR," katanya.

Menurut Idrus, program e-voting merupakan teknologi dari kampus dan dikerjakan hampir seluruh perguruan tinggi dalam pengkajiannya, bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Ditanya apakah program e-voting itu dapat digunakan orang berusia lanjut, dia menyatakan masih akan dilakukan analisa.

Sementara itu pihak perwakilan BPPT Indrari Grahitandaru mengemukakan e-voting berfungsi untuk mengurangi tingkat kesalahan dan kecurangan pada saat pilkada.

Indrari menyebutkan harga satu unit alat e-voting antara Rp7-8 juta. Untuk Pilkada Bantaeng didistribusikan sebanyak 50 unit dan 42 di antaranya dipakai di berbagai TPS termasuk di daerah terpencil.

"Ada 42 unit yang digunakan, delapan unit sisanya disimpan sebagai cadangan," tuturnya.  

Salah satu pemilih bernama Bahar yang ditemui usai mengunakan e-voting  di TPS 2 Kelurahan Letta mengaku tidak menemui kesulitan dalam menyalurkan suara.

"Sangat mudah dan cepat, tetapi bagaimana dengan orang lansia mereka tidak tahu, lagipula itu kan masih mengunakan jaringan sinyal internet dan bisa saja dibobol,"  tutur alumnus salah satu perguruan tinggi itu.


                       Tekan Anggaran

Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Muhammad mengatakan pemungutan suara secara elektronik atau e-voting dapat menekan anggaran pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) sehingga lebih efisien.  

"Pelaksanaan e-voting ini sangat baik karena bisa mengefisiensi anggaran pilkada bukan hanya di Bantaeng, tetapi di daerah lain juga. Saya mendorong  pelaksanaan e-voting bisa dilakukan di tempat lain," kata Muhammad di Bantaeng, Rabu.

Pilkada Bantaeng menjadi ajang penerapan e-voting untuk pertama kali dalam pemilu di Indonesia. E-voting tersebut disimulasikan secara riil di 42 tempat pemungutan suara (TPS) dari total 361 TPS.

Menurut Muhammad, e-voting sangat efisien dalam hal anggaran pilkada, terutama terkait logistik berupa surat suara. Selain juga  dapat mengurangi terjadinya kecurangan terkait perolehan suara masing-masing calon yang bertarung dalam pilkada.

"E-voting sangat baik bila itu diberlakukan, tingkat kecurangan dimungkinkan sangat kecil," papar pria kelahiran Sulsel ini.

Meski demikian, ia mengakui bahwa seperti program yang lain, e-voting juga mempunyai kelemahan yang tentunya harus menjadi perhatian dan mesti dilakukan perbaikan-perbaikan.

Ia mengakui e-voting yang diterapkan di Pilkada Bantaeng baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Sebelumnya simulasi e-voting tidak dilaksanakan pada saat berlangsungnya pilkada. Simulasi riil e-voting yang dilaksanakan KPU Kabupaten Bantaeng dinilai berjalan maksimal. Kondisi pascapemilihan juga dinyatakan kondusif.  

Electronic voting atau e-voting mengacu pada suatu metode pemungutan suara dan penghitungan suara dalam suatu pemilihan dengan menggunakan perangkat elektronik.

Teknologi ini memungkinkan penyelenggaraan pemungutan suara menjadi lebih hemat dari segi biaya, penghitungan suara yang cepat dengan menggunakan sistem yang aman, mudah untuk dilakukan audit, serta memudahkan pemilih dalam menggunakan hak pilihnya.


                                       Hitungan Cepat

Pantauan pada Pilkada Bantaeng, pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Bantaeng, Prof Rusdin Abdullah - Muhammad Yasin, nomor urut tiga, meraih suara terbanyak dalam hitungan cepat Lembaga Survei Script Survei Indonesia (SSI), dalam Pilkada Bantaeng, Rabu.

Berdasarkan hitungan real count SSI di 361 TPS dengan suara masuk 88 persen, pasangan Rusdin - M Yasin memperoleh angka signifikan yakni  82,57 atau 67.142 ribu suara.

Disusul pasangan nomor urut empat Kompol Rahmat - Imran 11,72 persen atau 9.482 suara dibuntuti pasangan lainnya yakni pasangan nomor urut dua,  A Nurjaya-Idrus 3,67 persen atau 2.915 suara.

Di posisi terakhir pasangan Jabal-Mansyur hanya 2,07 persen atau 1.705 suara.

Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kabupaten Bantaeng sebanyak  136.378 ribu jiwa, terbagi TPS sebanyak 361. Pasangan nomor urut tiga menargetkan mendapatkan suara 90 persen dan akan dimasukkan dalam Rekor Muri Indonesia

Ribuan pendukung melakukan eforia dengan mendatangi kediaman pribadi Prof Nurdin Abdullah di Kelurahan Bonto Aru, kabupaten Bantaeng, Sulsel.

Pewarta : Oleh Darwin Fatir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024