Surabaya (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh meminta para guru untuk melapor ke dinas pendidikan terdekat bila ada soal uji kompetensi guru (UKG) yang salah, sehingga menyebabkan peserta UKG tidak lulus.

"Yang jelas, kami sudah siap untuk UKG tahap kedua pada Selasa (2/10), tapi kalau bandwith bukan masalah, karena saat UKG tahap pertama yang lalu juga hanya 10 persen bandwith yang terpakai," katanya di Surabaya, Minggu.

Setelah meresmikan tiang pancang Gedung "Menara Sains" ITS Surabaya, ia menjelaskan pihaknya sudah menginstruksikan Badan SDM untuk menyiapkan tempat uji kompetensi (TUK) secara baik.

"Persiapannya dimulai dari sosialisasi sampai sistem 'connecting' yang diperbaiki, tapi pengalaman UKG tahap pertama yang lalu menunjukkan kesalahan bukan dari aspek 'connecting' dengan bandwith yang besar," katanya.

Menurut mantan Rektor ITS Surabaya itu, kesalahan dalam UKG tahap pertama antara lain salah "entry" data, sehingga ditolak oleh sistem, misalnya nama Mohammad Nuh ditulis Muhammad Nuh atau nama SMPN 6 ditulis SMP 6, sehingga pesertanya tidak lulus.

"Karena itu, kami melakukan sosialisasi agar tidak terjadi kesalahan entry data, sehingga sisa 400 ribu peserta UKG tahap kedua dapat lulus semuanya (UKG tahap pertama diikuti 600 ribu peserta)," katanya.

Ditanya kemungkinan adanya kesalahan soal UKG seperti keluhan sejumlah guru peserta UKG taha pertama, ia menyatakan pihaknya akan mengecek hal itu. "Karena itu, laporkan kalau ada (soal yang salah)," katanya.

    
                   Bidik Misi
Dalam kesempatan itu, Mendikbud juga menyatakan pihaknya menambahkan kuota beasiswa "Bidik Misi" untuk 12 ribu mahasiswa miskin yang berprestasi pada tahun ini lewat APBN-P.

"Total tahun ini, ada 42 ribu penerima Bidik Misi, karena 30 ribu penerima Bidik Misi untuk tahun ini akan ditambah 12 ribu orang untuk mahasiswa miskin di PTN dan PTS," katanya.

Ke-12.000 mahasiswa miskin itu yakni 10 ribu mahasiswa penerima Bidik Misi di PTN dan 2.000 penerima Bidik Misi di PTS. "Jadi, beasiswa Bidik Misi juga diberikan kepada PTS," katanya.

Secara terpisah, Pembantu Rektor (PR) I ITS Surabaya Prof Ir Herman Sasongko mengaku ITS untuk tahun ini menerima 800 mahasiswa penerima Bidik Misi.

"Tapi, kami tidak menerima tambahan lagi penerima Bidik Misi, karena kami sangat ketat untuk prestasi mahasiswa miskin penerima beasiswa itu, bahkan tahun ini 800 mahasiswa itu ada 200 mahasiswa di antaranya dari mahasiswa reguler yang kebetulan dari keluarga miskin," katanya.

Di Surabaya, mahasiswi miskin di PTS yang menerima beasiswa Bidik Misi, di antaranya Universitas Surabaya (Ubaya), STIESIA, Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, dan sebagainya.

Pewarta :
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024