Kendari (ANTARA News) - Harga semen di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, cenderung mengalami penurunan dibanding pekan sebelumnya.

"Penurunan harga semen itu terjadi pada semen produk Bosowa yang kini turun rata-rata Rp500,00-1.000,00 per zak isi 50 kilogram atau dari Rp70.000,00 menjadi Rp69.000,00 per zak," kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindagkop Kota Kendari, Abdul Sukur di Kendari, Sabtu.

Menurut Sukur, turunnya harga semen tersebut juga diikuti dengan produk semen lainnya seperti Tiga Roda yang cenderung turun rata-rata Rp500,00 per zaknya.

Ia mengatakan, penurunan harga semen itu menyusul pasokan dari luar daerah (Makassar-Sulsel) cukup banyak selama sepekan terakhir ini, sementara kebutuhan masyarakat akan bahan bangunan itu sedikit menurun.

"Kemungkinan juga disebabkan turunnya harga bahan bangunan itu, karena sepekan sebelum memasuki puasa Ramadhan 1433 hijriyah ini, banyak tenaga kerja bangunan meminta izin atau cuti harian kembali ke kampungnya, sehingga banyak proyek bangunan untuk sementara terhenti pekerjaannya," katanya.

Sukur mengatakan, penurunan harga semen itu, merupakan hal biasa dan tidak akan bertahan lama, sebab selama ini, bila permintaan tinggi, maka terkadang pemilik toko bangunan langsung menaikkan seketika tanpa ada konfirmasi. Akibatnya masyarakat terkadang membuat bingung dan resah terhadap kebutuhan bangunan itu.

Sebab walaupun harganya mahal, di saat masyarakat membutuhan bahan semen sebagai perekat pasir dan batuan itu tetap harus dibeli karena memang sudah merupakan kebutuhan mendasar untuk semua bentuk bangunan semi maupun permanen.

Produk bahan bangunan lainnya yang kadang membuat panik konsumen adalah besi beton dan bahan kayu pertukangan dari berbagai ukuran dan potongan, namun hingga kini masih tergolong normal.

Harga besi ukuran 20 cm masih dijual Rp275.000,- per batang, ukuran 16 cm Rp185.000,- per batang, ukuran 12 cm Rp85.000,- per batang dan ukuran 10 cm dan 8 cm masing-masing Rp80.000,- dan Rp45.000,- per batang.

Anggota Komisi II DPRD Kota Kendari, Ilham mengatakan, naik ataupun turunnya harga produk bahan bangunan itu adalah hal biasa, namun demikian ia juga meminta kepada instansi teknis untuk terus mengawasi terutama bila ada indikasi adanya oknum tertentu yang akan melakukan penimbunan di sasat masyarakat membutuhkannya.

"Kalau di tingkat penjualan (toko-toko) kemungkinannya sangat kecil untuk melakukan spekulan harga, tetapi yang memicu terjadinya kelangkaan semen itu biasanya ada di pihak distributor," katanya seraya menambahkan, namun demikian informasi dari masyarakat terkait kecurigaan adanya spekulan dan penimbunan barang akan sangat membatu bagi instansi teknis untuk melakukan proses penyelidikan. (ANT).

Pewarta : Azis Senong
Editor :
Copyright © ANTARA 2024