Kendari (ANTARA News) - Seorang anggota kontingen Pesparawi Nasional X 2012 asal Sulawesi Tengah (Sulteng) bernama Jois Guru (45 tahun) meninggal dunia hanya beberapa saat usai memimpin kontingennya mengikuti lomba paduan suara dewasa campuran di GOR Pemuda Kendari, Jumat petang.
Jois Guru yang menjadi dirigen pada lomba paduan suara dewasa campuran (PSDC) asal Poso itu menghembuskan nafas terakhirnya di ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Provinsi Sultra di Kendari sekitar pukul 16.30 WITA diduga akibat serangan jantung.
Seorang keluarga almarhum bernama Dharma Metusalah yang ditemui di IGD RSU Provinsi Sultra mengemukakan bahwa sebelumnya almarhum tidak pernah mengeluh soal jantungnya, namun mengakui bahwa ia mengalami tekanan darah tinggi.
"Mungkin dia terlalu lelah karena latihan yang dilakukan saat masih di Poso sampai di Kendari ini, belum lagi beban psikologis dalam menghadapi pertandingan," ujar Dharma, adik ipar almarhum tersebut.
Peristiwa tersebut bermula ketika kontingen Sulteng tampil sebagai peserta lomba paduan suara dewasa campuran dengan nomor urut 14 sekitar pukul 15.30 WITA.
Setelah lagu ketiga (lagu pilihan) selesai dinyanyikan, almarhum yang berprofesi sebagai pengusaha ini lebih dahulu meninggalkan panggung karena mulai merasa tidak enak badan.
Almarhum kemudian berkonsultasi degan dokter tim dari Poso Jein Rondonuwu kemudian mengukur tekanan darahnya yang mencapai 180, dan atas saran dr. Jein, almarhum dibawa ke RSU Provinsi Sultra dengan ambulance panitia untuk mndapat perawatan.
"Saat turun dari ambulance menuju ruang IGD, almarhum masih tampak sehat dan bisa berjalan sendiri untuk berbaring di atas tempat tidur," ujar Eskol, seorang anggota panitia Pesparawi bidang kesehatan.
Para petugas medis kemudian memasang bantuan pernafasan oksigen kepada almarhum, lalu mengukur tekanan darahnya kemudian mempersiapkan peralatan pengukur denyut dan fungsi jantung (EKG).
"Eh, ketika kami kembali ke tempat tidur almarhum dengan membawa peralatan EKG, ternyata beliau sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir," ujar Eskol.
Hanya dalam tempo sekitar 10 menit, Ruang IGD RSU Provinsi Sultra itu kemudian dipenuhi anggota kontingen Sulteng sehingga terdengar suara tangis dan raungan yang menimbulkan suasana duka yang mendalam.
Dharma Metusalah mengemukakan bahwa jenazah almarhum akan disemayamkan di Gedung Sinode Gereja Protestan Indonesia Sultra (Gepsultra) yang juga Sekretariat Panitia Pesparawi Nasional X dan tempat menginap kontingen Sulteng.
Sesuai keputusan keluarga, jenazah almarhum akan diterbangkan ke Palu pada Sabtu pagi dan akan dikebumikan di kampung halaman almarhum di Napu, Kabupaten Poso.
Almarhum meninggalkan seorang istri dan seorang anak. Istri almarhum bernama Seswati Danto ikut dalam paduan suara yang dipimpin almarhum berlomba di Pesparawi tersebut. (ANT).
Jois Guru yang menjadi dirigen pada lomba paduan suara dewasa campuran (PSDC) asal Poso itu menghembuskan nafas terakhirnya di ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Provinsi Sultra di Kendari sekitar pukul 16.30 WITA diduga akibat serangan jantung.
Seorang keluarga almarhum bernama Dharma Metusalah yang ditemui di IGD RSU Provinsi Sultra mengemukakan bahwa sebelumnya almarhum tidak pernah mengeluh soal jantungnya, namun mengakui bahwa ia mengalami tekanan darah tinggi.
"Mungkin dia terlalu lelah karena latihan yang dilakukan saat masih di Poso sampai di Kendari ini, belum lagi beban psikologis dalam menghadapi pertandingan," ujar Dharma, adik ipar almarhum tersebut.
Peristiwa tersebut bermula ketika kontingen Sulteng tampil sebagai peserta lomba paduan suara dewasa campuran dengan nomor urut 14 sekitar pukul 15.30 WITA.
Setelah lagu ketiga (lagu pilihan) selesai dinyanyikan, almarhum yang berprofesi sebagai pengusaha ini lebih dahulu meninggalkan panggung karena mulai merasa tidak enak badan.
Almarhum kemudian berkonsultasi degan dokter tim dari Poso Jein Rondonuwu kemudian mengukur tekanan darahnya yang mencapai 180, dan atas saran dr. Jein, almarhum dibawa ke RSU Provinsi Sultra dengan ambulance panitia untuk mndapat perawatan.
"Saat turun dari ambulance menuju ruang IGD, almarhum masih tampak sehat dan bisa berjalan sendiri untuk berbaring di atas tempat tidur," ujar Eskol, seorang anggota panitia Pesparawi bidang kesehatan.
Para petugas medis kemudian memasang bantuan pernafasan oksigen kepada almarhum, lalu mengukur tekanan darahnya kemudian mempersiapkan peralatan pengukur denyut dan fungsi jantung (EKG).
"Eh, ketika kami kembali ke tempat tidur almarhum dengan membawa peralatan EKG, ternyata beliau sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir," ujar Eskol.
Hanya dalam tempo sekitar 10 menit, Ruang IGD RSU Provinsi Sultra itu kemudian dipenuhi anggota kontingen Sulteng sehingga terdengar suara tangis dan raungan yang menimbulkan suasana duka yang mendalam.
Dharma Metusalah mengemukakan bahwa jenazah almarhum akan disemayamkan di Gedung Sinode Gereja Protestan Indonesia Sultra (Gepsultra) yang juga Sekretariat Panitia Pesparawi Nasional X dan tempat menginap kontingen Sulteng.
Sesuai keputusan keluarga, jenazah almarhum akan diterbangkan ke Palu pada Sabtu pagi dan akan dikebumikan di kampung halaman almarhum di Napu, Kabupaten Poso.
Almarhum meninggalkan seorang istri dan seorang anak. Istri almarhum bernama Seswati Danto ikut dalam paduan suara yang dipimpin almarhum berlomba di Pesparawi tersebut. (ANT).