Wangiwangi (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Wakatobi menyiapkan kawasan Liya Togo di Kecamatan Wangiwangi Selatan sebagai desa wisata di daerah tersebut.
"Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah meninjau kawasan Liya Togo untuk dikembangkan desa wisata," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wakatobi, Tawakal di Wangiwangi, Kamis.
Menurut Tawakal, Dirjen bersama Bupati Wakatobi, Hugua beberapa waktu yang lalu juga telah menandatangani nota kesepahaman untuk menjual pariwisata Wakatobi ke berbagai negara, terurama negara-negara Eropa.
Tawakal mengatakan, wilayah Liya Togo merupakan pusat penyebaran agama Islam pertama di wilayah "Kepulauan Tukang Besi" itu, dengan fakta sejarah terdapat benteng tua yang disebut Benteng Liya Togo seluas 30 hektar dan di dalam kawasan itu terdapat masjid tua bernama Masjid Liya Togo.
"Bangunan masjid Liya Togo ini mirip dengan konstruksi bangunan masjid Keraton Buton yang ada di Kota Baubau, yakni dinding masjid tersusun dari batu gunung dengan menggunakan perekat dari adonan kapur dicampur putih telur ayam," katanya.
Dalam penyiapan Liya Togo sebagai kawasan desa wisata, kata Tawakal, Pemkab Wakatobi membantu masyarakat menyiapkan satu sampai atau dua kamar di rumah mereka seperti ruang penginapan atau losmen.
"Diharapkan, para wisatawan yang berkunjung di Liya Togo dapat menggunakan rumah warga sebagai tempat menginap," katanya.
Tawakal mengatakan, di massa lampau, wilayah kepulauan Tukang Besi menjadi bagian dari wilayah administrasi Kesultanan Buton.
Berubah nama menjadi Wakatobi setelah wilayah yang terdiri dari empat pulau besar di sebelah timur Pulau Buton itu, mekar menjadi daerah otonom baru di Sultra tahun 2004. Nama Wakatobi berasal dari akronim nama empat pulau besar, yakni Pulau Wangiwangi, Kaledupa, Tomia dan Pulau Binongko. (ANT).
"Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah meninjau kawasan Liya Togo untuk dikembangkan desa wisata," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wakatobi, Tawakal di Wangiwangi, Kamis.
Menurut Tawakal, Dirjen bersama Bupati Wakatobi, Hugua beberapa waktu yang lalu juga telah menandatangani nota kesepahaman untuk menjual pariwisata Wakatobi ke berbagai negara, terurama negara-negara Eropa.
Tawakal mengatakan, wilayah Liya Togo merupakan pusat penyebaran agama Islam pertama di wilayah "Kepulauan Tukang Besi" itu, dengan fakta sejarah terdapat benteng tua yang disebut Benteng Liya Togo seluas 30 hektar dan di dalam kawasan itu terdapat masjid tua bernama Masjid Liya Togo.
"Bangunan masjid Liya Togo ini mirip dengan konstruksi bangunan masjid Keraton Buton yang ada di Kota Baubau, yakni dinding masjid tersusun dari batu gunung dengan menggunakan perekat dari adonan kapur dicampur putih telur ayam," katanya.
Dalam penyiapan Liya Togo sebagai kawasan desa wisata, kata Tawakal, Pemkab Wakatobi membantu masyarakat menyiapkan satu sampai atau dua kamar di rumah mereka seperti ruang penginapan atau losmen.
"Diharapkan, para wisatawan yang berkunjung di Liya Togo dapat menggunakan rumah warga sebagai tempat menginap," katanya.
Tawakal mengatakan, di massa lampau, wilayah kepulauan Tukang Besi menjadi bagian dari wilayah administrasi Kesultanan Buton.
Berubah nama menjadi Wakatobi setelah wilayah yang terdiri dari empat pulau besar di sebelah timur Pulau Buton itu, mekar menjadi daerah otonom baru di Sultra tahun 2004. Nama Wakatobi berasal dari akronim nama empat pulau besar, yakni Pulau Wangiwangi, Kaledupa, Tomia dan Pulau Binongko. (ANT).