Kupang, NTT (ANTARA News) - Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki peluang yang cukup signifikan untuk melakukan konversi dari bahan bakar minyak fosil menuju non fosil fuel (NF2).
Peluang ini melalui pengembangan potensi panas bumi di Flores yang terindikasi dapat mencapai kapasitas 600 MW, kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dani Suhadi ketika berbicara pada sosialisasi dewan energi nasional (DEN), di Kupang, Rabu.
Selain itu, dapat melalui pembangkit listrik tenaga makro hidro (PLTMH) di Pulau Flores, Sumba, Timor, Rote dan Alor, pemanfaatan tenaga surya melalui PLTS di semua wilayah dengan konsentrasi para petani dan nelayan serta desa-desa tertinggal miskin.
Pengembangan potensi energi angin (bayu) yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan studi angin di Kabupaten Rote Ndao, katanya.
Peluang lain yang bisa dikembangkan adalah pemanfaatan arus laut yang telah dilaksanakan di tiga titik di Alor, Flores Timur dan Manggarai Barat dan konversi energi biogas dan beoethermal untuk bahan bakar dan kelistrikan di Sumba, Rote Ndao dan Sabu Raijua, katanya.
Dia menambahkan, pemerintah daerah juga memerlukan beberapa kajian, di antaranya kajian tentang pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber energi terbarukan untuk memenuhi listrik pedesaan, kajian strategis pengembangan dan pemanfaatan geothermal wilayah Flores Lembata-Alor untuk permintaan kebutuhan rumah tangga, industeri pariwisata dan perikanan.
Kajian pengelolaan biogas dan biomas sebagai energi alternatif sesuai konten daerah dan tekad Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi ternak dan provinsi jagung serta kajian alternatif tenaga arus laut di pulau-pulau kecil di provinsi kepulauan itu, katanya.
Hal lain yang perlu didorong untuk pengembangan energi terbarukan adalah tindaklanjut pengembangan jarak pagar dan rekayasa pengembangan energi matahari dan angin sistem hybrid untuk daerah pedesaan.
"Kalau semua potensi ini dioptimalkan maka, peluang untuk melakukan konversi dari bahan bakar minyak fosil menuju non fosil fuel (NF2) sangat terbuka," katanya.
Peluang ini melalui pengembangan potensi panas bumi di Flores yang terindikasi dapat mencapai kapasitas 600 MW, kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dani Suhadi ketika berbicara pada sosialisasi dewan energi nasional (DEN), di Kupang, Rabu.
Selain itu, dapat melalui pembangkit listrik tenaga makro hidro (PLTMH) di Pulau Flores, Sumba, Timor, Rote dan Alor, pemanfaatan tenaga surya melalui PLTS di semua wilayah dengan konsentrasi para petani dan nelayan serta desa-desa tertinggal miskin.
Pengembangan potensi energi angin (bayu) yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan studi angin di Kabupaten Rote Ndao, katanya.
Peluang lain yang bisa dikembangkan adalah pemanfaatan arus laut yang telah dilaksanakan di tiga titik di Alor, Flores Timur dan Manggarai Barat dan konversi energi biogas dan beoethermal untuk bahan bakar dan kelistrikan di Sumba, Rote Ndao dan Sabu Raijua, katanya.
Dia menambahkan, pemerintah daerah juga memerlukan beberapa kajian, di antaranya kajian tentang pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber energi terbarukan untuk memenuhi listrik pedesaan, kajian strategis pengembangan dan pemanfaatan geothermal wilayah Flores Lembata-Alor untuk permintaan kebutuhan rumah tangga, industeri pariwisata dan perikanan.
Kajian pengelolaan biogas dan biomas sebagai energi alternatif sesuai konten daerah dan tekad Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi ternak dan provinsi jagung serta kajian alternatif tenaga arus laut di pulau-pulau kecil di provinsi kepulauan itu, katanya.
Hal lain yang perlu didorong untuk pengembangan energi terbarukan adalah tindaklanjut pengembangan jarak pagar dan rekayasa pengembangan energi matahari dan angin sistem hybrid untuk daerah pedesaan.
"Kalau semua potensi ini dioptimalkan maka, peluang untuk melakukan konversi dari bahan bakar minyak fosil menuju non fosil fuel (NF2) sangat terbuka," katanya.