Kendari (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam mensinyalir seringnya terjadi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akhir-akhir ini karena adanya kebocoran mencapai 30-35 persen dari 80.000 kiloliter (KL) kuota BBM bersubsidi di Sultra.

"Dugaan kebocoran itu mulai terjadi dari terminal depot pertamina, kemudian saat pengangkutan hingga pada saat tiba di SPBU," kata Nur Alam, menanggapi pertanyaan wartawan di Bandara Haluoleo Kendari saat tiba dari Jakarta,  Jumat.

Menurut Nur Alam, dari jumlah itu, kerugian keuangan negara dapat ditaksir mencapai belasan miliar bahkan triliunan rupiah dari harga Rp4.500 per liternya yang didistribusikan di seluruh SPBU di kabupaten/kota se-Sultra.

Ia mengatakan, dari lebih 80 ribu kiloliter kuota minyak bersubsidi yang dialokasikan tahun 2011 dan hingga memasuki tahun 2012 di Sultra, diduga ada sekitar 30 hingga 35 persen terjadi kebocoran," ungkap gubernur yang didampingi Sekretaris Daerah Provinsi Sultra, Zainal Abidin dan mantan Rektor Unhalu Kendari yang juga Komisaris PT. Antam Tbk UPB Nikel Sultra, Prof Mahmud Hamundu.

Kebocoran BBM Bersubsidi ini diduga dilakukan para oknum suplayer melalui distribusi kendaraan maupun kebocoran yang terjadi di Pertamina itu sendiri.

Untuk itu, kata Gubernur Nur Alam, ia memerintahkan semua jajaran pemerintah daerah untuk membuat regulasi lokal dengan menyiapkan mekanisme atau tata kerja dengan didukung petinggi pemerintah di daerah kabupaten/kota bersama aparat kepolisian dan aparat hukum lainnya untuk membuat pos pengamanan di semua SPBU, dan menerbitkan kartu kendali pengisian BBM di setiap SPBU.

"Ini dilakukan dengan harapan, agar kebocoran selama ini terjadi bisa diminimalisir, terutama bagi oknum-oknum yang selama ini ikut bermain untuk mencari keuntungan di atas penderitaan rakyat yang semestinya menikmati hak-hak dari subsidi BBM itu," katanya.

Selama tahun 2011 hingga 2012, antrean kendaraan di seluruh SPBU untuk mendapatkan BBM bersubsidi itu tampak masih menjadi pemandangan setiap hari bahkan ada kendaraan truk yang sengaja bermalam di bibir SPBU untuk mendapatkan BBM jenis solar pada esok harinya.

Salah seorang supir truk di Kota Kendari, Aco mengatakan, praktek mafia pembelian BBM bersubsidi dengan beberpa kendaraan yang tangkinya sudah dimodifikasi masih saja terjadi.

Yang anehnya, kata Aco, disinyalir kendaraan jenis Panter dan Kijang Krista yang diduga melakukan praktek modifikasi tangki, karena saat kendaraan antre mengisi BBM jenis solar itu, bisa membeli solar dalam sekali pengisian mencapai 200-250 liter. Padahal untuk jenis kendaraan dan sejenisnya itu daya tampung tangki hanya berkisar antara 60-75 liter.(Ant).

Pewarta : Azis Senong
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024