Kendari (ANTARA News) - Wali Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra), Asrun mengatakan, kegiatan wisata pelajar (study tour) ke luar negeri yang sudah dilakukan sejumlah sekolah harus ditinjau dan evaluasi kembali.

Penegasan itu disampaikan Wali Kota Kendari, Jumat, menanggapi adanya siswi SMU Negeri I Kendari bernama Uci Lusiana Tawulo (17), meninggal dunia di Malaysia akibat kendaraan yang ditumpanginya itu ditabrak dari belakang saat melakukan perjalanan wisata.

Saat kecelakaan maut itu, almarhum kebetulan saat itu duduk paling belakang dalam bus tersebut. Perjalanan wisata pelajar para siswa itu dengan tujuan tiga negara (Malaysia-Singapura dan Thailand).

Menurut wali kota, program wisata pelajar keluar negeri penting karena selain untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman juga sekaligus memberi wawasan yang lebih baik bagi anak-anak didik saat di bangku sekolah.

"Saya mendukung program wisata pelajar ke beberapa negara itu, dengan catatan, kerja sama antarnegara yang dituju itu sudah ada komitmen dan kerja sama yang saling menguntungkan terutama jaminan keamanan dan keselamatan para siswa," katanya.

Ia mengatakan, kejadian yang menimpa siswi SMU I Kendari itu, membawa luka yang dalam baik dari orang tua korban maupun dari pihak sekolah sendiri yang membawa anak didiknya ke luar negeri.

"Yang menjadi keprihatinan kita semua adalah, perusahaan travel yang menawarkan jasa ke sekolah-sekolah untuk membawa para siswa berwisata studi ke luar negeri itu, belum bekerja sama dengan pihak asuransi," kata Wali Kota seraya menambahkan akibatnya, bila terjadi kecelakaan seperti ini siapa yang harus bertanggung jawab, katanya.

Olehnya itu, Wali Kota meminta Kadis Diknas Kota Kendari, untuk lebih berhati-hati dan sekaligus melakukan pengawasan yang lebih ketat terkait pengiriman study tour bagi setiap sekolah.

Almarhumah Uci Lusiana anak keempat dari lima bersaudara itu merupakan siswa kelas II IPA-5 di SMU negeri I Kendari, saat mengikuti studi tour bersama 17 rekan sekolahnya.

Kepala SMU Negeri I Kendari H Basri Madjid, saat di konfirmasi sebelumnya mengatakan keberangkatan 17 siswa ke tiga negara itu, merupakan inisiatif para siswa dengan pihak perusahaan jasa travel.

"Sebenarnya pihak sekolah awalnya tidak memberi keleluasaan penuh untuk ikut study tour namun mereka tetap memaksa dan menginginkan dengan biaya masing-masing, maka sekolah pun tidak harus melarang mereka untuk berangkat saat itu," kata Basri.

Mereka berangkat pun, lanjut Basri, tidak hanya sekolah SMU I Kendari saja tetapi ada beberapa sekolah SMU negeri lain dan bahkan beberapa mahasiswa dan dosen pascasarjana.(Ant).

Pewarta : Azis Senong
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024