Kendari (ANTARA News) - Jaumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menurun tajam, yakni dari 24 persen tahun 2008, menjadi tinggal 14,6 persen dari total penduduk pada 2011 yang mencapai 2,3 juta jiwa.

"Menurunnya jumlah penduduk miskin di daerah ini, sebagai dampak dari berbagai program pembangunan yang digulirkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara," kata Gubernur Sultra, H Nur Alam saat menyampaikan Refleksi Pembangunan dan Kinerja Makro Ekonomi daerah itu tahun 2011 di Kendari, Senin.

Berbagai program pembangunan yang digulirkan Pemerintah Provinsi Sultra tersebut, kata dia, antara pemberian dana hibah (block grant) sebesar Rp100 juta tiap desa/kelurahan dan kecamatan, pelayanan kesehatan gratis dan pendidikan gratis.

"Tiga program itu tidak hanya menurunkan angka kemiskinan di daerah ini, tapi juga memberi kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Sultra yang mencapai 8,45 persen. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sultra hanya 7,6 persen," katanya.

Selain tiga program pembangunan tersebut tutur Nur Alam, menurunnya angka kemiskinan di daerah ini juga karena kehadiran sejumlah investor tambang nikel maupun kegiatan usaha lainnya.

Khusus investor tambang kata dia, saat ini sudah 58 perusahaan tambang yang membuat kesepakatan dengan Pemerintah Provinsi Sultra untuk menanamkan investasinya.

"Dari sejumlah investor itu, beberapa di antaranya sudah melakukan eksploitasi tambang nikel dan sudah melakukan ekspor," katanya.

Dalam waktu dekat, kata dia, ada beberapa investor asing yang berencana mendirikan industri peleburan nikel di Konawe Utara, yakni PT Jilin Horock, perusahaan asal Cina.

"Rencana investasi yang akan ditanamkan oleh perusahaan asal negara Cina itu, cukup besar, yakni sekitar Rp3 trilum," katanya.

Selain itu kata dia, perusahaan internasional yang juga akan segera mendirikan industri di Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana adalah PT Blly Internasional.

Rencananya tutur Nur Alam, perusahaan tersebut akan menanamkan investasinya dalam industri pengolahan biji nikel tersebut sebesar Rp1,3 triliun.

"Saat ini, dua perusahaan tersebut sedang merampungkan izin-izin usaha, baik dari Pemerintah Provinsi maupun dari Pemerintah Pusat," katanya.

Menurutnya, kehadiran perusahaan tambang di daerah ini telah menyerap banyak tenaga kerja, sehingga jumlah pengangguran menurun dan pada saat yang sama jumlah kemiskinan juga menurun.

"Sebelum ada perusahaan tambang, jumlah pengangguran di Sultra mencapai kurang lebih 200.000 jiwa. Saat ini, tinggal sekitar 100.000 jiwa," katanya.

Sedangkan penduduk miskin sebelumnya sekitar 400.000 jiwa, saat ini tinggal sekitar 330.000 jiwa atau 14,56 persen dari total penduduk Sultra yang berjumlah 2,3 juta jiwa.(Ant).

Pewarta : Agus
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2025