Ambon  (ANTARA News) - Warga Kota Ambon yang merasa tidak nyaman melewati jalur darat dengan angkutan umum mulai menggunakan jasa perahu motor (speedboat) untuk menyeberang dari pelabuhan Galala (Kecamatan Baguala) menuju Benteng (Kecamatan Nusaniwe) meski tarifnya sangat tinggi.

"Biasanya tarif angkot Galala-Terminal Mardika hanya Rp2.000 per orang, tapi kondisi ini membuat kami merasa tidak nyaman dan khawatir sehingga terpaksa menggunakan jasa perahu motor seharga Rp10.000 per penumpang," kata Ny. Yeni Rugeberght di Ambon, Kamis.

Penggunaan jasa angkutan laut ini digunakan warga pascademo massa bersama pihak keluarga Rivaldo Peta (17), pengemudi angkot juruan Mardika-Kudamati yang tewas ditusuk orang tak diikenal (OTK) di kawasan Waehaong pada Rabu malam (14/12) sekitar pukul 20.00 WIT saat terjadi kemacetan.

Ibu rumah tangga ini mengaku seluruh mobil penumpang serempak tidak beroperasi dan masuk terminal Mardika setelah demo massa yang sempat diwarnai pengrusakan dua unit mobil angkot di kawasan jalan Rijali pada Kamis (15/12) sekitar pukul 09.40 WIT.

Jasa penyeberangan speedboat ini juga melayani jalur terminal Mardika-Wayame dan pelabuhan Benteng-Wayame.

Sejumlah mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon yang sudah tiba di kampus mereka untuk kuliah pagi tapi batal juga kesulitan pulang ke rumahnya di dalam kota sehingga bagi yang memiliki ongkos lebih terpaksa menggunakan speedboat untuk pulang.

Jalur darat dari Galala-Galunggung-Batumerah-Mardika memang tidak ditutup, tapi kondisi ini diperparah dengan pelemparan sebuah mobil angkot jurusan Hunuth-Mardika di kawasan Galunggung pada Kamis siang.

Mobil angkot ini langsung dilarikan pengemudinya ke Markas Polda Maluku guna melaporkan kejadian tersebut. (Ant)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024