Manado,   (ANTARA News) - Selama sehari semalam (24 jam) Senin (10/10), catatan kegempaan Gunung Lokon di Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 328 kali.

"Kegempaan yang terjadi kemarin lebih banyak dari gempa tanggal 17 Agustus 2011, sebelum terjadi letusan," ujar Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina di Tomohon, Selasa.

Kegempaan yang terjadi kemarin sebagaimana data Pos Pengamatan Gunung Api, periode 00.00 WITA-06.00 WITA tercatat dua kali gempa tektonik jauh, 28 kali gempa vulkanik dalam dan 56 kali gempa vulkanik dangkal. Periode selanjutnya 06.00 WITA-12.00 WITA tercatat tiga kali gempa tektonik jauh, 32 kali gempa vulkanik dalam, 23 kali gempa vulkanik dangkal dan satu kali embusan.

Di periode 12.00 WITA-18.00 WITA terekam dua kali gempa tektonik jauh, 38 kali gempa vulkanik dalam dan 26 kali gempa vulkanik dangkal. Periode enam jam pukul 18.00 WITA-24.00 WITA menjadi puncak dari rentetan kegempaan yang terekam. Saat itu terekam tiga kali gempa tektonik jauh, 86 kali gempa vulkanik dalam dan 39 kali gempa vulkanik dangkal.

"Puncak dari suplai energi di pukul 00.06 WITA Selasa (11/10) terjadi letusan. Letusan tersebut tergolong kecil dengan ketinggian debu letusan sekitar 300 meter dari kawah Tompaluan, Gunung Lokon," jelas Farid.

Untuk catatan kegempaan periode enam jam sejak pukul 00.00 WITA-06.00 WITA hari ini, satu kali gempa tektonik jauh, 36 kali gempa vulkanik dalam dan 30 kali gempa vulkanik dangkal. Terjadi juga gempa embusan sebanyak enam kali.

"Kami memperkirakan energi yang disuplai sejak kemarin tak sebanding dengan energi yang dikeluarkan saat terjadi letusan. Mungkin saja belum semua energi yang dikeluarkan," ucapnya, menduga.

Potensi ancaman letusan Gunung Lokon yang bisa saja terjadi, kata Farid, di antaranya guyuran pasir, lapili dan debu vulkanik.

"Karena status Gunung Lokon masih siaga dengan radius bahaya 2,5 kilometer, kami tetap berharap warga siaga. Apalagi peluang terjadinya letusan sangat memungkinkan akibat suplai-suplai energi yang masih terus terjadi hingga hari ini," ujar Farid, berharap. (Ant)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024