Wangi-Wangi (ANTARA News) - Sebanyak 32.000 warga nelayan Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), membutuhkan modal kerja untuk meningkatkan pendapatan para tani nelayan tersebut.
"Jumlah tani nelayan sebanyak itu, terdiri dari nelayan budidaya, nelayan tangkap dan petani rumput laut," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, Hajibu di Wangi-Wangi, ibukota Wakatobi, Sabtu.
Menurut dia, tahun 2011 ini, nelayan tangkap ikan Kabupaten Wakatobi mendapat bantuan modal kerja dari Kementerian Kelalutan dan Perikanan sebanyak tujuh kelompok.
Ketujuh kelompok tersebut kata dia, mendapat bantuan modal kerja masing-masing kelompok beranggotakan 20 orang, senilai Rp100 juta.
"Bantuan modal kerja kepada kelompok nelayan itu untuk pengadaan sarana produksi seperti alat tangkap ikat atau kapal penangkap ikan," katanya.
Hajibu mengatakan, bantuan modal kerja kepada para nelayan tersebut akan dikelola melalui kelompok nelayan dan menjadi dana bergulir.
Dengan begitu, para nelayan dari anggota kelompok memperoleh bantuan tersebut tidak kesulitan lagi dengan masalah sarana produksi yang selama ini menjadi kendala utama para nelayan dalam meningkatkan pendapatannya.
Sedangkan petani rumput laut yang berjumlah 100 kepala keluarga kata Hajibu memperoleh bantuan modal kerja dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar Rp500 juta atau setiap keluarga kebagian Rp5 juta.
"Bantuan itu disalurkan kepada para petani dalam bentuk sarana produksi sepeti rakit bambu, tali dan jangkar," katanya.
Diharapkan kata dia, dengan bantuan itu, setiap kelaurga petani rumput laut sudah bisa memperoleh pendapatan antara Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per sekali musim panen.
Menurut Hajibu, budidaya rumput laut di Wakatobi sangat menjanjikan karena hampir seluruh wilayah pesisir pantai Wakatobi cokok untuk membudidayakan rumput laut.
"Dalam setahun, petani rumput laut bisa panen enam sampai tujuh kali karena masa pemeliharaan rumput laut sampai panen hanya butuh waktu 45 hari," katanya.
Kesulitan petani dalam mengembangkan rumput laut di Wakatobi menurut Hajibu adalah keterbatasan modal kerja, terutama sarana produksi seperti rakit bambu dan tali. (Ant).
"Jumlah tani nelayan sebanyak itu, terdiri dari nelayan budidaya, nelayan tangkap dan petani rumput laut," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, Hajibu di Wangi-Wangi, ibukota Wakatobi, Sabtu.
Menurut dia, tahun 2011 ini, nelayan tangkap ikan Kabupaten Wakatobi mendapat bantuan modal kerja dari Kementerian Kelalutan dan Perikanan sebanyak tujuh kelompok.
Ketujuh kelompok tersebut kata dia, mendapat bantuan modal kerja masing-masing kelompok beranggotakan 20 orang, senilai Rp100 juta.
"Bantuan modal kerja kepada kelompok nelayan itu untuk pengadaan sarana produksi seperti alat tangkap ikat atau kapal penangkap ikan," katanya.
Hajibu mengatakan, bantuan modal kerja kepada para nelayan tersebut akan dikelola melalui kelompok nelayan dan menjadi dana bergulir.
Dengan begitu, para nelayan dari anggota kelompok memperoleh bantuan tersebut tidak kesulitan lagi dengan masalah sarana produksi yang selama ini menjadi kendala utama para nelayan dalam meningkatkan pendapatannya.
Sedangkan petani rumput laut yang berjumlah 100 kepala keluarga kata Hajibu memperoleh bantuan modal kerja dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar Rp500 juta atau setiap keluarga kebagian Rp5 juta.
"Bantuan itu disalurkan kepada para petani dalam bentuk sarana produksi sepeti rakit bambu, tali dan jangkar," katanya.
Diharapkan kata dia, dengan bantuan itu, setiap kelaurga petani rumput laut sudah bisa memperoleh pendapatan antara Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per sekali musim panen.
Menurut Hajibu, budidaya rumput laut di Wakatobi sangat menjanjikan karena hampir seluruh wilayah pesisir pantai Wakatobi cokok untuk membudidayakan rumput laut.
"Dalam setahun, petani rumput laut bisa panen enam sampai tujuh kali karena masa pemeliharaan rumput laut sampai panen hanya butuh waktu 45 hari," katanya.
Kesulitan petani dalam mengembangkan rumput laut di Wakatobi menurut Hajibu adalah keterbatasan modal kerja, terutama sarana produksi seperti rakit bambu dan tali. (Ant).