Korban DBD di wilayah tersebut umumnya warga ekonomi lemah dan belum memiliki BPJS Kesehatan sehingga sangat kesulitan untuk menutupi biaya pengobatan
Bogor, Jabar (ANTARA News) - Warga Desa Bojong, Kecamatan Kemang, mendesak Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, agar tanggap terhadap kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) yang mewabah di desa tersebut.

Tokoh masyarakat Desa Bojong, Yusup Hanapi mengatakan di Bogor, Selasa, dalam beberapa hari terakhir, lebih dari 20 orang warga Kampung Bojonghilir, RW 09 dan RW 10, terkena DBD.

"Semula DBD terjadi di RW 09. Dalam sehari belasan orang terserang DBD. Kemudian menyebar ke RW 10. Bahkan kini sudah menjalar hingga ke RW 12, Kampung Setu," ujar Yusup.

Menurut tokoh Pemuda Kampung Bojonghilir, Cemong, sebelumnya tidak pernah terjadi penyebaran wabah DBD di kampungnya dalam skala besar.

"Peristiwa kali ini terbilang sebagai KLB bagi warga setempat, bahkan se-Desa Bojong," ujar Cemong.

Para korban DBD di Kampung Bojonghilir, lanjut Cemong, umumnya dilarikan ke Rumah Sakit (RS) TNI-AU Atang Sanjaya (ATS) Bogor, yang kini bernama  RS dr Hassan Toto, nama seorang kepala rumah sakit Lanud ATS pertama sejak berdiri tanggal 17 Januari 1970 silam.

Korban DBD lainnya sebagian berobat ke klinik 24 jam, yakni di Klinik Medika Kemang.

Tokoh masyarakat Kampungsetu RW 12, Ustadz Wahyu menjelaskan, bersamaan dengan merebaknya DBD di Kampung Bojonghilir RW 09 dan 10, kejadian serupa juga merebak di kampungnya.

"Anak saya terserang DBD dan dilarikan ke Klinik Medika Kemang sejak hari Sabtu (17/11) pagi," ujar ustadz Wahyu.

DBD juga menyerang Kampung Sawah RW 6, Minggu (18/11). Ayong, warga setempat mengatakan, cucunya terserang DBD dan dilarikan ke Klinik Medika Kemang.

Sejumlah warga Kampung Sawah lainnya juga terserang kejadian yang sama.

Kejadian DBD di Desa Bojong mendapatkan perhatian khusus dari Wakil Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Bogor, Ahmad Fahir.

Pada Sabtu (17/11) dan Minggu (18/11) ia menjenguk para korban DBD yang dirawat di Klinik Medika Kemang.

Ahmad Fahir yang juga warga Bojong mengaku sangat prihatin dengan KLB DBD yang menimpa warga desanya.

Ia berharap semua korban segera pulih dan para pihak terkait melakukan tindakan darurat yang diperlukan untuk membebaskan Desa Bojong dari ancaman KLB DBD pada masa mendatang.

"KLB ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari instansi terkait. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor kami harap tanggap terhadap peristiwa ini," kata Fahir.

Ifah, selaku korban DBD di Kampung Bojonghilir menyampaikan harapannya agar kejadian ini mendapatkan perhatian dari pemerintah.

"Semoga masalah penyebaran wabah DBD di Kampung Bojonghilir ini bisa segera ditanggulangi, sehingga ke depan kejadian serupa tidak terulang lagi," kata Ifah.
 

Warga Kampung Bojonghilir, RW 09, Ahmadi, menambahkan, para korban DBD di wilayah tersebut umumnya warga ekonomi lemah dengan profesi buruh tani dan kerja serabutan.

Selain itu, mereka umumnya belum memiliki BPJS, sehingga sangat kesulitan untuk menutupi biaya pengobatan.

"Kami berharap pemerintah daerah memberikan kemudahan akses untuk pembuatan BPJS KIS untuk masyarakat kurang mampu di Kampung Bojonghilir," kata Ahmadi.

Sebagai upaya meminimalisasi penyebaran DBD, pada Minggu (18/11), Ahmad Fahir selaku pimpinan Yayasan At-Tawassuth dan Koordinator Gerakan Desa Hejo, bekerja sama dengan tokoh dan warga Kampung Bojonghilir RW 09 dan 10 melakukan gotong-royong dengan melakukan bersih-bersih sampah di jalan-jalan perkampungan.

Selain itu dilakukan penanaman ratusan bibit pohon di jalan penghubung Kampung Bojonghilir, RW 09 dan Kampung Bojonglebak, RW 08, Desa Bojong.

Baca juga: RSUD Bogor ekstra tenaga layani pasien DBD
Baca juga: Musim penghujan waspadai demam berdarah
Baca juga: Menkes kepada ilmuwan: temukan vaksin DBD yang cocok
Baca juga: UGM kembangkan nyamuk anti-deman berdarah

 

Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018