Washington (ANTARA News) - Beberapa peneliti mengatakan mereka telah menemukan hubungan antara kegiatan Matahari dan peristiwa La Nina serta El Nino di wilayah tropis Samudera Pasifik.

Studi baru tersebut, yang disiarkan Kamis (16/7) oleh U.S. National Center for Atmospheric Research (NCAR), mungkin melicinkan jalan bagi ramalan yang lebih baik mengenai temperatur dan pola pengendapan pada waktu tertentu selama rata-rata lingkaran 11 tahun Matahari.

Para peneliti NCAR menggunakan contoh komputer guna menjawab pertanyaan lama mengenai hubungan antara kegiatan Matahari dan iklim global.

"Ketika sinar Matahari mencapai puncaknya, itu memiliki dampak yang berjangkauan jauh dan seringkali halus mengenai pengendapan tropis dan mengenai system cuaca di sebagian besar wilayah di dunia," kata ilmuwan NCAR Gerald Meehl, pemimpin penulis laporan tersebut.

Studi itu memperlihatkan bahwa saat Matahari mencapai kegiatan maksimal, Matahari memanaskan banyak bagian yang bebas awan di Samudera Pasifik cukup untuk meningkatkan penguapan, meningkatkan curah hujan dan mendinginkan bagian timur Pasifik tropis.

Hasil itu serupa dengan peristiwa La Nina, meskipun pendinginan terpusat di daerah yang lebih ke timur dan hanya separuh kuatnya bagi peristiwa khas La Nina.

Selama satu atau dua tahun berikutnya, pola seperti La Nina yang dipicu oleh kegiatan maksimum Matahari cenderung bergerak menjadi pola El Nino, karena arus yang bergerak lamban menggantikan air dingin di atas wilayah tropis Pasifik timur, dengan air yang lebih hangat daripada biasanya.

Tak dapat disangkal bahwa peristiwa La Nina dan El Nino berkaitan dengan perubahan dalam temperatur air permukaan di Pasifik timur. Semua itu dapat mempengaruhi pola cuaca di seluruh dunia, kata para peneliti tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009