Jakarta (ANTARA) - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) di pasar saham Indonesia mencapai Rp13,5 triliun pada tahun 2025, dengan jumlah hari bursa sebanyak 242 hari.
"Tentu saja asumsi ini berdasarkan asumsi adanya tren penurunan inflasi dan suku bunga global, di mana The Fed telah menurunkan (suku bunga) 50 basis poin, dan diharapkan di tahun depan akan menurunkan lagi. Yang kedua, adalah terkait dengan kebijakan ekonomi pemerintahan baru, di mana target GDP (Gross Domestic Product)-nya adalah 8 persen," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT BEI di Jakarta, Rabu.
Lalu, BEI menargetkan jumlah pencatatan efek pada tahun 2025 menjadi sebanyak 407 Efek yang terdiri atas pencatatan efek saham, emisi obligasi, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA), dan Efek Beragun Aset (EBA), serta emisi Waran Terstruktur.
"Asumsi kedua di samping RNTH adalah jumlah pencatatan efek baru. Kita bicara adalah 407 efek baru dengan 66 pencatatan saham. Kalau kita lihat bahwa tahun 2024 target adalah 340 efek baru dengan 62 saham," ujar Iman.
Kemudian, BEI juga menargetkan jumlah investor baru di pasar modal Indonesia sebanyak dua juta investor baru pada tahun depan.
"Target kita sama dengan tahun lalu yaitu dua juta investor baru. Yang kita harapkan dapat kita capai melalui kanal-kanal distribusi kita, seperti 29 kantor perwakilan, lebih dari 927 Galeri Investasi (GI), dan hampir 200 ribu user (aplikasi) IDX Mobile," kata Iman.
Per 18 Oktober 2024, total jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 14,2 juta investor atau meningkat lebih dari 2 juta investor baru atau 16 persen year on year (yoy) dibandingkan akhir tahun 2023.
Adapun, partisipasi investor ritel masih terjaga selama tahun 2024, selaras dengan meningkatnya partisipasi dari investor institusi, yang mana mencerminkan keyakinan investasi di pasar saham yang masih terjaga.
Kemudian, per 18 Oktober 2024, nilai kapitalisasi pasar saham Indonesia mencapai Rp12.967 triliun atau bertumbuh 11 persen (yoy) dibandingkan posisi akhir tahun 2023 yang sebesar Rp11.674 triliun.
Per 18 Oktober 2024, BEI telah mencatatkan 36 Perusahaan Tercatat saham baru, sehingga total perusahaan yang tercatat di pasar modal Indonesia mencapai 938 perusahaan.
Sementara itu, perdagangan produk obligasi melalui Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA), rata-rata transaksi hariannya mencapai Rp993 miliar atau bertumbuh 44,7 persen (yoy) dibandingkan posisi akhir tahun 2023 dengan rata-rata transaksi hariannya sebesar Rp686 miliar.
Per 18 Oktober 2024, aktivitas perdagangan produk Non-Saham (Right, Warrant, Structured Warrant, KIK, dan Derivatif) tercatat total nilai transaksinya mencapai Rp3,75 triliun dibandingkan pada akhir tahun 2023 yang sebesar Rp8,90 triliun.
Sedangkan, untuk kelas aset yang baru, yaitu Unit Karbon terdapat Rp6,15 miliar total transaksi sampai dengan 18 Oktober 2024.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BEI targetkan rata-rata transaksi harian Rp13,5 triliun di 2025
"Tentu saja asumsi ini berdasarkan asumsi adanya tren penurunan inflasi dan suku bunga global, di mana The Fed telah menurunkan (suku bunga) 50 basis poin, dan diharapkan di tahun depan akan menurunkan lagi. Yang kedua, adalah terkait dengan kebijakan ekonomi pemerintahan baru, di mana target GDP (Gross Domestic Product)-nya adalah 8 persen," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT BEI di Jakarta, Rabu.
Lalu, BEI menargetkan jumlah pencatatan efek pada tahun 2025 menjadi sebanyak 407 Efek yang terdiri atas pencatatan efek saham, emisi obligasi, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA), dan Efek Beragun Aset (EBA), serta emisi Waran Terstruktur.
"Asumsi kedua di samping RNTH adalah jumlah pencatatan efek baru. Kita bicara adalah 407 efek baru dengan 66 pencatatan saham. Kalau kita lihat bahwa tahun 2024 target adalah 340 efek baru dengan 62 saham," ujar Iman.
Kemudian, BEI juga menargetkan jumlah investor baru di pasar modal Indonesia sebanyak dua juta investor baru pada tahun depan.
"Target kita sama dengan tahun lalu yaitu dua juta investor baru. Yang kita harapkan dapat kita capai melalui kanal-kanal distribusi kita, seperti 29 kantor perwakilan, lebih dari 927 Galeri Investasi (GI), dan hampir 200 ribu user (aplikasi) IDX Mobile," kata Iman.
Per 18 Oktober 2024, total jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 14,2 juta investor atau meningkat lebih dari 2 juta investor baru atau 16 persen year on year (yoy) dibandingkan akhir tahun 2023.
Adapun, partisipasi investor ritel masih terjaga selama tahun 2024, selaras dengan meningkatnya partisipasi dari investor institusi, yang mana mencerminkan keyakinan investasi di pasar saham yang masih terjaga.
Kemudian, per 18 Oktober 2024, nilai kapitalisasi pasar saham Indonesia mencapai Rp12.967 triliun atau bertumbuh 11 persen (yoy) dibandingkan posisi akhir tahun 2023 yang sebesar Rp11.674 triliun.
Per 18 Oktober 2024, BEI telah mencatatkan 36 Perusahaan Tercatat saham baru, sehingga total perusahaan yang tercatat di pasar modal Indonesia mencapai 938 perusahaan.
Sementara itu, perdagangan produk obligasi melalui Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA), rata-rata transaksi hariannya mencapai Rp993 miliar atau bertumbuh 44,7 persen (yoy) dibandingkan posisi akhir tahun 2023 dengan rata-rata transaksi hariannya sebesar Rp686 miliar.
Per 18 Oktober 2024, aktivitas perdagangan produk Non-Saham (Right, Warrant, Structured Warrant, KIK, dan Derivatif) tercatat total nilai transaksinya mencapai Rp3,75 triliun dibandingkan pada akhir tahun 2023 yang sebesar Rp8,90 triliun.
Sedangkan, untuk kelas aset yang baru, yaitu Unit Karbon terdapat Rp6,15 miliar total transaksi sampai dengan 18 Oktober 2024.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BEI targetkan rata-rata transaksi harian Rp13,5 triliun di 2025