Jakarta (ANTARA) - Agus Gumiwang Kartasasmita merupakan sosok yang tak asing bagi masyarakat.
Baru-baru ini dirinya mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Hiroshima, Jepang.
Di tangannya, industri pengolahan (manufaktur) Indonesia sukses menjadi salah satu tulang punggung perekonomian, yakni sebesar 18,67 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2023.
Selain itu, ekspor industri pengolahan juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yakni 127,38 miliar dolar AS pada 2019, dan tercatat meningkat menjadi 206,06 miliar dolar AS pada 2022. Selain itu investasi industri ini juga tercatat meningkat 34 persen dari periode 2019--2023.
Dipilih kembali
Melihat kinerja dan komitmennya memajukan industri dalam negeri, dirinya kembali dipercaya memimpin Kementerian Perindustrian di pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Sesuai jabatannya yakni Menteri Perindustrian, dirinya bertugas membantu presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang industri.
Dalam melaksanakan tugasnya, institusi yang ia pimpin memiliki beberapa fungsi yakni merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan di bidang industri, mengelola kekayaan negara di sektor industri, melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan di daerah, serta melaksanakan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Secara sederhana, dirinya memikul tanggung jawab untuk menjaga dan meningkatkan ekosistem industri dalam negeri, sesuai dengan Visi dan Delapan Misi Asta Cita yang ditetapkan oleh Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Gibran, yakni melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dalam negeri untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Tantangan
Guna mewujudkan hal tersebut, jalan yang ditempuh Agus Gumiwang tak mudah, dirinya bakal menghadapi dinamika konstalasi politik global, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten, serta persaingan produk dunia.
Di masa pemerintahan Jokowi, tantangan tersebut dirinya siasati dengan memfokuskan hilirisasi industri yang memiliki potensi sumber daya melimpah, seperti kelapa sawit, dan kokoa. Hal tersebut membuat dinamika harga pasar tidak terlalu berpengaruh pada ekonomi Indonesia.
Selain itu, dirinya turut menerapkan program Diklat 3 in 1 yang memberikan lokakarya, sertifikasi, serta penempatan kerja bagi masyarakat, sehingga kebutuhan dunia industri terhadap tenaga kerja kompeten bisa teratasi.
Ke depan Agus Gumiwang memiliki pekerjaan rumah untuk bisa memacu kontribusi sektor manufaktur ke angka 25 persen dari rasio PDB.
Hal ini agar pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tidak masuk dalam skema 'middle income trap' atau jebakan pendapatan menengah, melainkan bisa naik ke kategori negara maju yakni di angka pendapatan lebih dari 30.000 dolar AS per tahun.
Pria kelahiran Jakarta, 3 Januari 1969 ini merupakan sosok yang menahkodai sektor industri dalam negeri pada periode kedua Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni 2019-2024.
Dirinya merupakan anak dari Ginanjar Kartasasmita yang merupakan sosok penting di masa pemerintahan Presiden Soeharto, serta putra dari Yultin Harlotina.
Agus Gumiwang merupakan sosok yang mengedepankan pendidikan, hal ini terlihat dari riwayat tempat dirinya menimba ilmu mulai dari Williston Northhampton High School (1986-1987), Northeastern University (1987-1991), Pacific Western University, Bachelor of Science Commercial 1991-1994 and Industrial Economic, California, Amerika Serikat, Program Pascasarjana Magister Adminitrasi Publik 2007-2009 Universitas Pasundan (UNPAS), serta Program Doktor Ilmu Pemerintahan, UNPAD, Bandung.Baru-baru ini dirinya mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Hiroshima, Jepang.
Di tangannya, industri pengolahan (manufaktur) Indonesia sukses menjadi salah satu tulang punggung perekonomian, yakni sebesar 18,67 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2023.
Selain itu, ekspor industri pengolahan juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yakni 127,38 miliar dolar AS pada 2019, dan tercatat meningkat menjadi 206,06 miliar dolar AS pada 2022. Selain itu investasi industri ini juga tercatat meningkat 34 persen dari periode 2019--2023.
Dipilih kembali
Melihat kinerja dan komitmennya memajukan industri dalam negeri, dirinya kembali dipercaya memimpin Kementerian Perindustrian di pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Sesuai jabatannya yakni Menteri Perindustrian, dirinya bertugas membantu presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang industri.
Dalam melaksanakan tugasnya, institusi yang ia pimpin memiliki beberapa fungsi yakni merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan di bidang industri, mengelola kekayaan negara di sektor industri, melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan di daerah, serta melaksanakan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Secara sederhana, dirinya memikul tanggung jawab untuk menjaga dan meningkatkan ekosistem industri dalam negeri, sesuai dengan Visi dan Delapan Misi Asta Cita yang ditetapkan oleh Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Gibran, yakni melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dalam negeri untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Tantangan
Guna mewujudkan hal tersebut, jalan yang ditempuh Agus Gumiwang tak mudah, dirinya bakal menghadapi dinamika konstalasi politik global, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten, serta persaingan produk dunia.
Di masa pemerintahan Jokowi, tantangan tersebut dirinya siasati dengan memfokuskan hilirisasi industri yang memiliki potensi sumber daya melimpah, seperti kelapa sawit, dan kokoa. Hal tersebut membuat dinamika harga pasar tidak terlalu berpengaruh pada ekonomi Indonesia.
Selain itu, dirinya turut menerapkan program Diklat 3 in 1 yang memberikan lokakarya, sertifikasi, serta penempatan kerja bagi masyarakat, sehingga kebutuhan dunia industri terhadap tenaga kerja kompeten bisa teratasi.
Ke depan Agus Gumiwang memiliki pekerjaan rumah untuk bisa memacu kontribusi sektor manufaktur ke angka 25 persen dari rasio PDB.
Hal ini agar pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tidak masuk dalam skema 'middle income trap' atau jebakan pendapatan menengah, melainkan bisa naik ke kategori negara maju yakni di angka pendapatan lebih dari 30.000 dolar AS per tahun.