Kendari, Sultra (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai membangun patung pahlawan asal Bumi Anoa, Haluoleo di depan Bandar Udara Haluoleo, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Provinsi Sulawesi Tenggara, senilai Rp1,6 miliar.
Staf Ahli Gubernur Sulawesi Tenggara Bidang Hukum, Pemerintahan dan Politik La Ode Fasikin saat ditemui di Kendari, Sultra, Rabu, mengatakan pembangunan patung yang dilaksanakan Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi, dan Tata Ruang tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada pahlawan dari wilayah Konawe dan Mekongga.
"Secara khusus pada masyarakat Suku Tolaki, yang mana telah diabadikan menjadi universitas negeri dan nama bandara di Sulawesi Tenggara," kata Fasikin.
Ia menyebutkan bahwa pahlawan Haluolep lahir pada 1976 di Desa Lameruru, Kabupaten Konawe.
"Pahlawan Haluoleo mempunyai nama asli Lamuru Manurung, dia adalah putra dari pemuka agama dan politik, yaitu Raja Kolo, yang merupakan Suku Saiwa di Desa Lamuru," ujarnya.
Fasikin mengungkapkan bahwa pahlawan Haluoleo juga menjadi inspirasi bagi banyak orang di Sulawesi Tenggara karena keteguhannya dalam perjalanannya melawan penjajah di Bumi Anoa.
"Sebagai pahlawan yang telah menginspirasi masyarakatnya untuk menentang Belanda, hingga saat ini keberanian dan keteguhan pahlawan Haluoleo masih menginspirasi banyak orang untuk berjuang melawan penjajah," jelasnya.
Foto bersama saat peletakan batu pertama pembangunan Patung Pahlawan Haluoleoa. ANTARA/La Ode Muh Deden Saputra
Sementara itu, Ketua DPRD Provinsi Sultra Abdurrahman Saleh usai peletakan batu pertama pembangunan patung Pahlawan Haluoleo menyampaikan bahwa acara tersebut akan menjadi sejarah tentang berdirinya sebuah peradaban bangsa, yang mana Pahlawan Haluoleo telah memikirkan dan mempunyai visi untuk memajukan negeri.
"Ada beberapa pendapat, Haluoleo adalah Lakilaponto, jauh sebelumnya juga banyak tokoh-tokoh yang seangkatan sama beliau, bahkan sebelumnya ada yang kita kenal dulu, yakni Sultan Hasanuddin," sebutnya.
Ia mengungkapkan bahwa Pahlawan Haluoleo telah diajarkan sejak sekolah dasar tentang siapa sosok Haluloleo, yang menjadi satria dan selalu membawa kebenaran.
Haluoleo juga dikenal menegakkan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai adat yang selalu dijunjung tinggi dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.
"Dasar itulah kami coba untuk melihat secara konkrit dan objektif bahwa di setiap daerah atau bandara selalu disebut nama-nama pejuang Sulawesi Tenggara," jelasnya.
Staf Ahli Gubernur Sulawesi Tenggara Bidang Hukum, Pemerintahan dan Politik La Ode Fasikin saat ditemui di Kendari, Sultra, Rabu, mengatakan pembangunan patung yang dilaksanakan Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi, dan Tata Ruang tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada pahlawan dari wilayah Konawe dan Mekongga.
"Secara khusus pada masyarakat Suku Tolaki, yang mana telah diabadikan menjadi universitas negeri dan nama bandara di Sulawesi Tenggara," kata Fasikin.
Ia menyebutkan bahwa pahlawan Haluolep lahir pada 1976 di Desa Lameruru, Kabupaten Konawe.
"Pahlawan Haluoleo mempunyai nama asli Lamuru Manurung, dia adalah putra dari pemuka agama dan politik, yaitu Raja Kolo, yang merupakan Suku Saiwa di Desa Lamuru," ujarnya.
Fasikin mengungkapkan bahwa pahlawan Haluoleo juga menjadi inspirasi bagi banyak orang di Sulawesi Tenggara karena keteguhannya dalam perjalanannya melawan penjajah di Bumi Anoa.
"Sebagai pahlawan yang telah menginspirasi masyarakatnya untuk menentang Belanda, hingga saat ini keberanian dan keteguhan pahlawan Haluoleo masih menginspirasi banyak orang untuk berjuang melawan penjajah," jelasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Provinsi Sultra Abdurrahman Saleh usai peletakan batu pertama pembangunan patung Pahlawan Haluoleo menyampaikan bahwa acara tersebut akan menjadi sejarah tentang berdirinya sebuah peradaban bangsa, yang mana Pahlawan Haluoleo telah memikirkan dan mempunyai visi untuk memajukan negeri.
"Ada beberapa pendapat, Haluoleo adalah Lakilaponto, jauh sebelumnya juga banyak tokoh-tokoh yang seangkatan sama beliau, bahkan sebelumnya ada yang kita kenal dulu, yakni Sultan Hasanuddin," sebutnya.
Ia mengungkapkan bahwa Pahlawan Haluoleo telah diajarkan sejak sekolah dasar tentang siapa sosok Haluloleo, yang menjadi satria dan selalu membawa kebenaran.
Haluoleo juga dikenal menegakkan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai adat yang selalu dijunjung tinggi dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.
"Dasar itulah kami coba untuk melihat secara konkrit dan objektif bahwa di setiap daerah atau bandara selalu disebut nama-nama pejuang Sulawesi Tenggara," jelasnya.