Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan sektor ekonomi kreatif menjadi masa depan Indonesia sehingga pelaku usaha terutama generasi muda diharapkan mampu berperan sebagai katalisator keberlangsungan ekonomi kreatif di tanah air.

Menparekraf dalam acara Creative Circle Connection yang berlangsung di Urban Forest Cipete Jakarta, Selasa, mengatakan saat ini nilai tambah ekonomi kreatif Indonesia mencapai Rp1,4 triliun, menempatkan Indonesia pada posisi tiga besar dunia negara dengan kontribusi ekonomi kreatif terbesar ke PDB.

“Kita mesti bangga di pidato tanggal 16 Agustus, Presiden untuk pertama kali menampilkan nilai tambah ekonomi kreatif pada pidato kenegaraannya,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan Amerika Serikat berada di posisi pertama dengan Hollywood, disusul Korea Selatan dengan K-Pop dan K-Drama. Tidak menutup kemungkinan jika seluruh generasi muda membersamai pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia, dalam beberapa tahun yang akan datang maka sektor ini akan melesat naik ke peringkat pertama.


“Karena ekonomi kreatif adalah ekonomi masa depan Indonesia,” katanya.

Dalam mendorong hal tersebut, konten-konten yang dihadirkan pada produk ekraf tentunya perlu mengutamakan keotentikan, relevansi, dan menjadi buah bibir (talkable) di kalangan masyarakat.

“Saya melihat bahwa content is king, tapi packaging is queen. Kalau konten ketemu kemasan akan menjadi sebuah kerajaan. Dan kunci menuju kerajaan adalah inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,” ucapnya.

Senada dengan Menparekraf Sandiaga, USS Network Sayed Muhammad berpandangan bahwa ekonomi kreatif di Indonesia mulai berkembang pesat. Namun hal yang dapat membedakan antar suatu merek atau produk yang satu dengan lainnya terletak pada yang disebut konten.

“Karena konten itu yang menjadikan gambaran merek atau brand image ari suatu produk,” ujar Sayed.

Co-Founder Manual, Hadi Ismanto, mengungkapkan untuk menjadi pelaku kreatif memang perlu jeli dalam menjawab kebutuhan masyarakat yang dibarengi dengan kualitas, otentik, dan yang tidak kalah penting adalah storytelling.

“Masyarakat ini sangat peduli dan sangat demanding mengenai kualitas. Bahwa ketika mereka mau ke kedai kopi, mau ke restoran, atau berbelanja jenama lokal mereka ingin tahu konteksnya, storytelling. Dan apa saja otentikasi yang dibawa sebagai sebuah jenama,” ujarnya.

 

Pewarta : Sinta Ambarwati
Editor : Faidin
Copyright © ANTARA 2024