Wakil Rektor III UM Kendari, Yusuf di Kendari, Selasa, mengatakan unjuk rasa solidaritas ini dilaksanakan serentak di 172 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah se Indonesia yang diikuti oleh civitas akdemika mulai dari pimpinan, dosen hingga mahasiswa.
"Di sini, aksi ini diikuti sekitar 1.000an massa," kata Yusuf.
Dia menjelaskan kegiatan yang diinisiasi oleh Forum Rektor (FR) Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) tersebut merupakan bentuk solidaritas civitas akademika terhadap rakyat Palestina atas pelangggaran kemanusiaan yang dilakukan Israel.
"Aksi bela Palestina ini bisa memberikan semangat dan motivasi kepada seluruh pimpinan, dosen, mahasiswa, dan masyarakat Sultra untuk tetap peduli, sehingga bisa menghadirkan rasa simpati dan empati terhadap saudara-saudara kita yang menderita akibat perang," jelasnya.
"Ini bukan berbicara tentang islam, bukan berbicara tentang agama tapi ini adalah berbicara tentang kemanusiaan. Jadi, siapa saja bisa hadir untuk mengungkapkan rasa simpati dan empati dalam aksi ini," katanya.
Adapun pernyataan sikap Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah sebagai berikut:
pertama, perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia, yang tergabung dalam Forum Rektor PTMA mengutuk keras Israel atas agresi dan serangan militer yang sangat tidak proporsional, penangkapan massal terhadap warga sipil Palestina, perusakan berbagai fasilitas umum, utamanya fasilitas kesehatan, serta blokade bantuan kemanusiaan.
Kedua, mengapresiasi sebesar-besarnya dukungan mahasiswa, dosen, dan guru besar diseluruh dunia yang sudah berani menyuarakan hati nurani dan akal sehatnya menolak kejahatan genocide Israel dan mendukung kemerdekaan Palestina. Ketiga, mengecam keras sikap Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jerman, dan negaranegara serta pihak-pihak lainnya yang terus memberikan dukungan dan bantuan terhadap Israel dalam agresi dan penyerangan terhadap Palestina.
Kemudian, keempat meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memaksa dan memfasilitasi perundingan dan gencatan senjata Israel dan Palestina. Kelima, mendukung Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) mengadili Benjamin Netanyahu dan tokoh-tokoh Israel lainnya yang terlibat dalam genocide warga Palestina.
Keenam, mengecam Organisasi Kerja Sama Islam, Rabithah Alam Islami, dan negaranegara Arab yang bersikap lemah dan cenderung membiarkan Israel secara leluasa melakukan penyerangan dan pembunuhan hanya untuk kepentingan dalam negeri mereka sendiri. Ketujuh, mengapresiasi atas konsistensi dan keberanian Menteri Luar Negeri RI dalam berbagai forum dunia untuk terus membela dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina, menolak kejahatan Israel, serta mengkritik keras kemunafikan Barat dalam kasus konflik Israel-Palestina.
Selanjutnya, kedelapan meminta kepada Pemerintah Indonesia, untuk tidak berpikir sedikit pun dan apalagi melakukan langkah-langkah politik untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara agresor dan pelaku genocide, Israel.
Kesembilan, atas nama hak asasi manusia dan amanat Konstitusi Republik Indonesia yang menegaskan bahwa segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, serta aspek historis relasi Palestina dan Indonesia melalui Prof. Kahar Muzakir (Muhammadiyah), kami meminta agar Pemerintah Indonesia memperkuat jalinan diplomasi dengan negara-negara lain untuk mewujudkan lahirnya negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Dan kesepuluh mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk terus memberikan perhatian serius terhadap perkembangan konflik Israel dan Palestina, dengan terus memberikan bantuan moral, material, dan spiritual terhadap perjuangan rakyat Palestina.