Kendari (ANTARA) - Ratusan mahasiswa Universitas Haluoleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti edukasi terkait literasi keuangan digital yang diselenggarakan lembaga keuangan, Akulaku Finance Indonesia.
Literasi keuangan digital dengan tema "Generasi Muda Semua Bisa" mendapat respons positif dari mahasiswa di kampus UHO Kendari, Selasa.
Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga mengatakan kehadiran Akulaku ke UHO merupakan amanat Undang-undang pengembangan dan penguatan sektor keuangan (P2SK), dimana dalam BAB 18 berisi aturan mengenai literasi, inklusif dan perlindungan konsumen.
"Jadi, kami sebagai salah satu pelaku di sektor usaha keuangan berkewajiban untuk melakukan sosialisasi dalam bentuk literasi," kata Efrinal Sinaga.
Salah satu bentuk literasi yang dilakukan adalah memberi edukasi kepada mahasiswa Gen Z yang saat ini melek terhadap teknologi dan digitalisasi dalam hal ini ekonomi berbasis digital.
"Kami yakin kampus sebagai agregator kompetensi keilmuan, sementara mahasiswa adalah akselerator sebagai agen perubahan yang nantinya bisa menjadi perpanjangan lidah dalam hal mengampanyekan literasi ekonomi digital kepada masyarakat yang lebih luas," katanya.
Ia menuturkan apabila melihat indeks literasi keuangan Indonesia di tahun 2022 masih berada di angka 49,68 persen, sementara tingkat inklusif keuangan mencapai 85,01 persen.
"Di tahun 2024, Presiden menargetkan tingkat inklusif keuangan harus mencapai di atas 90 persen dan dalam upaya mengejar itu kami harus melakukan upaya seperti yang dilakukan saat ini," katanya.
Salah satu mahasiswa peserta literasi, Wawan mengatakan menyambut baik dan berterima kasih kepada pihak penyelenggara yang telah memberi ilmu yang bermanfaat bagi para mahasiswa.
Literasi keuangan digital dengan tema "Generasi Muda Semua Bisa" mendapat respons positif dari mahasiswa di kampus UHO Kendari, Selasa.
Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga mengatakan kehadiran Akulaku ke UHO merupakan amanat Undang-undang pengembangan dan penguatan sektor keuangan (P2SK), dimana dalam BAB 18 berisi aturan mengenai literasi, inklusif dan perlindungan konsumen.
"Jadi, kami sebagai salah satu pelaku di sektor usaha keuangan berkewajiban untuk melakukan sosialisasi dalam bentuk literasi," kata Efrinal Sinaga.
Salah satu bentuk literasi yang dilakukan adalah memberi edukasi kepada mahasiswa Gen Z yang saat ini melek terhadap teknologi dan digitalisasi dalam hal ini ekonomi berbasis digital.
"Kami yakin kampus sebagai agregator kompetensi keilmuan, sementara mahasiswa adalah akselerator sebagai agen perubahan yang nantinya bisa menjadi perpanjangan lidah dalam hal mengampanyekan literasi ekonomi digital kepada masyarakat yang lebih luas," katanya.
Ia menuturkan apabila melihat indeks literasi keuangan Indonesia di tahun 2022 masih berada di angka 49,68 persen, sementara tingkat inklusif keuangan mencapai 85,01 persen.
"Di tahun 2024, Presiden menargetkan tingkat inklusif keuangan harus mencapai di atas 90 persen dan dalam upaya mengejar itu kami harus melakukan upaya seperti yang dilakukan saat ini," katanya.
Salah satu mahasiswa peserta literasi, Wawan mengatakan menyambut baik dan berterima kasih kepada pihak penyelenggara yang telah memberi ilmu yang bermanfaat bagi para mahasiswa.