Kendari (ANTARA) - Tim Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara menggagalkan penyelundupan 24 ekor burung endemik asal Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, di KM Nggapulu di Pelabuhan Murhum Baubau..
Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawie di Kendari Jumat, mengatakan 24 burung endemik tersebut terdiri atas 20 ekor jenis kakatua jambul (Cacatus Sulphurea) dan empat ekor jenis nuri bayan (Eclectus Roratus)
"Penyelundupan digagalkan di Pelabuhan Murhum Baubau atas kerja sama dengan Pelni Baubau dan Kapal KM Nggapulu," kata Sakrianto.
Dia menyebutkan bahwa pengungkapan penyelundupan burung itu bermula dari BKSDA Sultra mendapatkan informasi dari Pelni yang menemukan 24 burung di atas Kapal KM Nggapulu.
"Setelah diinterogasi tidak ada yang mengaku kemudian informasi disampaikan ke Seksi Wilayah I KSDA," ujarnya.
Berdasarkan hasil penyelidikan, lanjutnya, burung-burung tersebut berasal dari Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, yang diduga diselundupkan melalui Pelabuhan Dobo, Ambon.
"Berasal dari Pelabuhan Dobo," sebutnya.
Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawie. (Antara/La Ode Muh Deden Saputra)
Sakrianto menjelaskan bahwa pihaknya kemudian mengamankan 24 burung endemik tersebut dan melakukan koordinasi dengan Karantina Kota Baubau untuk dilakukan perawatan dan pemeriksaan satwa.
"Melakukan perawatan burung," jelasnya.
Dia menuturkan bahwa selama menjalani perawatan, sebanyak empat ekor burung jenis kakatua jambul kuning mati akibat kondisi burung masih ana yang rentan.
"Akibat kondisi cuaca dan peralatan pendukung perawatan satwa di Kantor Resor KSDA Baubau belum memadai dan lengkap," ucapnya.
Setelah itu, lanjut Sakrianto, pihaknya kemudian berkoordinasi dengan BKSDA Maluku untuk memulangkan kembali 20 burung yang masuk dalam satwa dilindungi.
"Lalu kita koordinasi dengan BKSDA Maluku dan mereka siap untuk menerima kembali (burung tersebut)," ungkapnya.
Setelah berkoordinasi, kata dia, pihaknya kemudian mengirimkan burung-burung tersebut kembali ke habitatnya di Provinsi Maluku, pada Jumat (27/10).
"Hari ini kita kembalikan ke habitatnya di Maluku melalui Pelabuhan Murhum Baubau menuju ke Pelabuhan Dobo, Ambon," bebernya.
Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawie di Kendari Jumat, mengatakan 24 burung endemik tersebut terdiri atas 20 ekor jenis kakatua jambul (Cacatus Sulphurea) dan empat ekor jenis nuri bayan (Eclectus Roratus)
"Penyelundupan digagalkan di Pelabuhan Murhum Baubau atas kerja sama dengan Pelni Baubau dan Kapal KM Nggapulu," kata Sakrianto.
Dia menyebutkan bahwa pengungkapan penyelundupan burung itu bermula dari BKSDA Sultra mendapatkan informasi dari Pelni yang menemukan 24 burung di atas Kapal KM Nggapulu.
"Setelah diinterogasi tidak ada yang mengaku kemudian informasi disampaikan ke Seksi Wilayah I KSDA," ujarnya.
Berdasarkan hasil penyelidikan, lanjutnya, burung-burung tersebut berasal dari Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, yang diduga diselundupkan melalui Pelabuhan Dobo, Ambon.
"Berasal dari Pelabuhan Dobo," sebutnya.
"Melakukan perawatan burung," jelasnya.
Dia menuturkan bahwa selama menjalani perawatan, sebanyak empat ekor burung jenis kakatua jambul kuning mati akibat kondisi burung masih ana yang rentan.
"Akibat kondisi cuaca dan peralatan pendukung perawatan satwa di Kantor Resor KSDA Baubau belum memadai dan lengkap," ucapnya.
Setelah itu, lanjut Sakrianto, pihaknya kemudian berkoordinasi dengan BKSDA Maluku untuk memulangkan kembali 20 burung yang masuk dalam satwa dilindungi.
"Lalu kita koordinasi dengan BKSDA Maluku dan mereka siap untuk menerima kembali (burung tersebut)," ungkapnya.
Setelah berkoordinasi, kata dia, pihaknya kemudian mengirimkan burung-burung tersebut kembali ke habitatnya di Provinsi Maluku, pada Jumat (27/10).
"Hari ini kita kembalikan ke habitatnya di Maluku melalui Pelabuhan Murhum Baubau menuju ke Pelabuhan Dobo, Ambon," bebernya.