Palembang (ANTARA) - Bupati Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra), Ruksamin, menghadiri Puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke XXX di Pelataran Kantor Bupati Banyuasin, Sumatera Selatan, Kamis.
"Peran keluarga sangat penting dalam membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Dalam proses peningkatan itu, keterlibatan keluarga dalam mencegah terjadinya stunting sangat fundamental guna mewujudkan generasi yang berprestasi," kata Ruksamin, usai hadiri Puncak Harganas tersebut.
Menurut Bupati Konawe Utara dua periode ini, Harganas ini tidak hanya diperingati sebagai momentum tahunan saja. Harganas harus dimaknai dalam rangka pengembangan sistem nilai-nilai yang ada di dalam keluarga itu sendiri.
"Karena sejatinya, jiwa kita itu terbentuk dari nilai-nilai sistem yang ada pada keluarga. Maka dari itu, pola asuh dalam keluarga sangat menentukan masa depan kita seperti apa nantinya," ujarnya.
Dijelaskan, Harganas memiliki makna-makna perjuangan. Karena hidup ini sendiri merupakan sebuah arena perjuangan. Dalam membangun sebuah keluarga, dibutuhkan sebuah perjuangan agar tercipta keluarga yang sejahtera.
"Dengan dibangunnya rasa cinta di dalam keluarga, maka kelak akan menumbuhkan suatu kebahagiaan. Dimana kebahagiaan tersebut merupakan bagian dari output dalam tatanan keluarga yang memberikan sesuatu dan menjadi inspirasi dalam menjalani kehidupan," pungkas peraih penghargaan tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo pada Harganas ke 29 di Medan 2022 tersebut.
Sementara itu, ketua BKKBN Hasto Wardoyo dalam kesempatan itu mengatakan bahwa Indonesia telah mengalami tren penurunan prevalensi stunting yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, namun masih berasa di atas ambang batas standar WHO, sehingga masih berkategori darurat stunting.
“Berdasarkan data SSGI 2022, prevalensi stunting Indonesia berada pada angka 21,6 persen. Oleh karena itu, kita harus mengerahkan segala daya upaya sehingga target 14 persen pada tahun 2024 dapat tercapai,” katanya.
Sementara itu, Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menghadiri puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 di Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel). Ma'ruf mengatakan tingginya prevalensi stunting merupakan salah satu tanda masyarakat yang rapuh.
"Masyarakat yang rapuh, baik ditandai oleh tingginya prevalensi stunting maupun karakteristik kerapuhan lainnya, seperti sikap saling curiga, sulit bekerja sama, kurang memperjuangkan kejujuran, dan melapuknya nilai-nilai integritas, merupakan cermin dari keroposnya bangunan pada tingkat keluarga," kata Ma'ruf Amin.
"Peran keluarga sangat penting dalam membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Dalam proses peningkatan itu, keterlibatan keluarga dalam mencegah terjadinya stunting sangat fundamental guna mewujudkan generasi yang berprestasi," kata Ruksamin, usai hadiri Puncak Harganas tersebut.
Menurut Bupati Konawe Utara dua periode ini, Harganas ini tidak hanya diperingati sebagai momentum tahunan saja. Harganas harus dimaknai dalam rangka pengembangan sistem nilai-nilai yang ada di dalam keluarga itu sendiri.
"Karena sejatinya, jiwa kita itu terbentuk dari nilai-nilai sistem yang ada pada keluarga. Maka dari itu, pola asuh dalam keluarga sangat menentukan masa depan kita seperti apa nantinya," ujarnya.
Dijelaskan, Harganas memiliki makna-makna perjuangan. Karena hidup ini sendiri merupakan sebuah arena perjuangan. Dalam membangun sebuah keluarga, dibutuhkan sebuah perjuangan agar tercipta keluarga yang sejahtera.
"Dengan dibangunnya rasa cinta di dalam keluarga, maka kelak akan menumbuhkan suatu kebahagiaan. Dimana kebahagiaan tersebut merupakan bagian dari output dalam tatanan keluarga yang memberikan sesuatu dan menjadi inspirasi dalam menjalani kehidupan," pungkas peraih penghargaan tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo pada Harganas ke 29 di Medan 2022 tersebut.
Sementara itu, ketua BKKBN Hasto Wardoyo dalam kesempatan itu mengatakan bahwa Indonesia telah mengalami tren penurunan prevalensi stunting yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, namun masih berasa di atas ambang batas standar WHO, sehingga masih berkategori darurat stunting.
“Berdasarkan data SSGI 2022, prevalensi stunting Indonesia berada pada angka 21,6 persen. Oleh karena itu, kita harus mengerahkan segala daya upaya sehingga target 14 persen pada tahun 2024 dapat tercapai,” katanya.
Sementara itu, Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menghadiri puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 di Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel). Ma'ruf mengatakan tingginya prevalensi stunting merupakan salah satu tanda masyarakat yang rapuh.
"Masyarakat yang rapuh, baik ditandai oleh tingginya prevalensi stunting maupun karakteristik kerapuhan lainnya, seperti sikap saling curiga, sulit bekerja sama, kurang memperjuangkan kejujuran, dan melapuknya nilai-nilai integritas, merupakan cermin dari keroposnya bangunan pada tingkat keluarga," kata Ma'ruf Amin.