Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyatakan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan penerapan pola hidup sehat harus sudah mulai digalakkan sejak anak menginjak usia remaja untuk mencegah anak lahir stunting.
“Kalau tidak sehat, kemungkinan besar anaknya stunting. Sehat itu banyak ukurannya, tapi sehat ini saya kasih prioritas karena ini, menyebabkan stunting paling besar. Selama masa remaja tidak boleh anemia, selama hamil gizinya harus cukup,” kata Budi dalam Gerakan Nasional Aksi Bergizi 2022 di Jakarta, Rabu.
Pernyataan Menkes, selaras dengan pengertian stunting yang dilansir dalam laman resmi Kemenkes yakni masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Budi menyatakan saat ini, masih banyak remaja perempuan yang mengalami anemia dan kekurangan energi kronik (KEK). Akibatnya, ketika memasuki masa kehamilan banyak keluarga yang berpotensi melahirkan anak stunting.
Urgensi lainnya yang harus diperhatikan adalah stunting dapat menurunkan IQ kecerdasan anak sebesar 20-30 persen.
Menurutnya, stunting dapat dicegah bila remaja perempuan secara rutin meminum tablet tambah darah yang diberikan. Hal itu dapat membantu kadar hemoglobin (Hb) calon ibu berada di atas 12 g/dL.
“Kalau di bawah 12 HB-nya, itu ada harus minum tablet penambah darah. Supaya pada saat nanti mereka hamil, tidak anemia sehingga anaknya tidak stunting dan tidak bodoh,” ujar Menkes.
Budi melanjutkan konsumsi tablet tambah darah itu, juga harus dibarengi dengan pemeriksaan kesehatan rutin di puskesmas. Dalam hal ini, dirinya memastikan bahwa pemeriksaan darah di puskesmas dapat diakses secara gratis.
Para remaja juga disarankan untuk menjalankan pola hidup sehat, dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Contoh makanan yang disarankan oleh Menkes adalah seperti hati ayam, ikan dan telur.
“Jaga hidup sehat lebih penting daripada mengobati sesudah sakit. Stunting itu akan menyebabkan anak kita bodoh. Ingat masa remaja pokoknya mesti diperiksa darahnya. Ada korelasi antara kesehatan tubuh dan angka darah,” katanya.
Menkes juga mengingatkan bahwa Indonesia akan memasuki era bonus demografi yang diprediksi terjadi pada tahun 2030. Di mana penduduk usia produktif akan mendominasi persentase penduduk dari jumlah keseluruhan.
Oleh karenanya, ia mengimbau agar kesehatan semua penduduk dapat dijaga sejak usia remaja agar bonus demografi dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan meningkatkan pendapatan serta memperlancar pembangunan negara.
“Ini akan sangat bergantung pada kondisi kesehatan adik-adik semua. Makanya bagi yang laki-laki dan punya adik perempuan, tolong diingatkan untuk rutin melakukan periksa darah,” ujarnya.*
Atasi stunting
Penjabat Bupati Buton, Sulawesi Tenggara, Basiran meminta semua pihak bersinergi mengatasi persoalan stunting atau gagal tumbuh kembang anak akibat gizi kronis di daerah tersebut.
"Stunting merupakan ancaman masa depan Indonesia, dan kita harapkan bisa keluar dari masalah ini (stunting)," kata Basiran dalam rapat koordinasi penurunan stunting Kabupaten Buton tahun 2022 dalam keterangan tertulisnya diterima di Kendari, Senin.
Pj. Bupati Buton meminta semua pihak untuk tetap gencar mensosialisasikan penanggulangan masalah gizi kronis anak termasuk soal pendataan yang perlu diperbaiki.
"Forum Komunikasi Pimpinan Daerah harus berkolaborasi menjadi satu kesatuan untuk penurunan stunting," ujar dia.
Menurut Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Sultra ini, stunting akan mempengaruhi semua metabolisme tubuh. Untuk itu, perlu sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
"Saya minta kalau bisa dievaluasi setiap tiga bulan untuk penurunan stunting ini biar kita bisa lihat angka tren penurunannya," ujar dia.
Untuk itu, lanjut dia, dibutuhkan peran semua pihak untuk berpartisipasi antara pemda dan seluruh elemen forkopimda termasuk pemanfaatan hasil pertanian dan perikanan untuk pemenuhan gizi masyarakat demi melindungi generasi dari stunting.
Sementara itu, Dandim 1413/Buton Letkol ARM Muhammad Faozan mengatakan TNI yang berkiprah melaksanakan operasi militer, juga memiliki tugas selain perang yakni mendukung program pemerintah salah satunya pencegahan dan penurunan angka stunting.
"Ini sudah kita lakukan beberapa waktu yang lalu, TNI kita libatkan untuk enam wilayah di Buton termasuk penyuluhan stunting," ujarnya.
Dandim Buton berharap masalah stunting menjadi pekerjaan rumah untuk semua pihak yang harus diselesaikan secara bersama-sama.
"Jazirah Buton ini memiliki kekayaan yang melimpah dan semua ini dapat kita manfaatkan untuk pemenuhan gizi masyarakat dalam menangani stunting," katanya.