Kendari (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara bersama Bank Indonesia meluncurkan gerakan tanam cabai dengan memanfaatkan pekarangan rumah warga sebagai langkah menekan inflasi.

Pj Sekretaris Daerah Sultra Asrun Lio di Kendari, Senin mengatakan ke depan daerah tersebut masih akan menghadapi ancaman kenaikan inflasi utamanya didorong kenaikan harga jasa angkutan udara dan komoditas pangan yang bergejolak yakni cabai merah dan bawang merah, tercermin pada data inflasi bulan Juli 2022 sebesar 2,8 persen atau secara tahunan sebesar 5,98 persen.

"Hal ini harus menjadi perhatian bagi kita semua karena jika inflasi terus meningkat dan tidak dapat dikendalikan maka akan berdampak langsung kepada masyarakat," katanya di sela peluncuran gerakan tanam cabe (Tabe di).

Menurutnya, gerakan tanam cabai dengan memanfaatkan lahan atau pekarangan rumah agar masyarakat bisa memenuhi sendiri kebutuhan cabe secara mandiri dan berdampak pada upaya menekan inflasi yang disumbang oleh cabai merah.

"Tanam cabai kendalikan inflasi, cabai ini memang hampir semua makanan ada cabainya, makanya cabe ini bisa menekan inflasi, kita makan tahu pasi kita cari cabe semua campuran bumbu-bumbu makanan pasti ada cabainya, tidak sedap kalau tidak ada cabainya," ujar Asrun.

Dia menyebut, saat ini akibat ketegangan geopolitik global menghadapi tantangan krisis yang cukup berat yakni krisis pangan, energi dan krisis keuangan di tengah pemulihan ekonomi yang sedang terjadi pasca pandemi COVID-19.

Akan tetapi hal ini patut disyukuri dan banggakan bahwa secara nasional Indonesia menjadi salah satu negara yang diperkirakan akan mampu lepas dari ancaman krisis global.

Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif pada triwulan II 2022 di angka 5,54 persen dan inflasi yang masih terjaga pada kisaran 4,9 persen di bawah rata-rata inflasi ASEAN di angka 7 persen dan rata-rata inflasi di negara maju di angka 9 persen.

"Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara yang tetap tinggi pada triwulan II 2022 mencapai 6,9 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional," kata Asrun.
  Kepala BI Sultra Doni Septadijaya, Senin (22/8/2022) (ANTARA/Harianto)



Kepala BI Sultra Doni Septadijaya mengatakan bahwa gerakan tanam cabai kendalikan inflasi dengan akronim "Tabe di" untuk memastikan pasokan cabe di daerah Sulawesi Tenggara khususnya di Kota Kendari bisa terpenuhi secara mandiri.

"Caranya bagaimana? Nah, kita banyak kelompok-kelompok wanita, ratusan kelompok wanita yang sudah kita miliki bisa kita maksimalkan dan bahan produksi dari mereka sendiri," kata Doni.

BI Sulawesi Tenggara akan membantu memberikan bantuan bibit kepada kelompok-kelompok wanita yang akan mengembangkan gerakan tanam cabai di pekarangan rumah.

"Bibitnya nanti kita pasok. Kita ada sekitar 5.000 bibit cabai, tapi nanti kita tingkatkan lebih banyak," jelas dia.

Bank Indonesia menyebut, kontribusi cabai terhadap inflasi di Sulawesi Tenggara mencapai di angka 0,14 persen sehingga perlu ditekan salah satunya dengan gerakan menanam cabe di pekarangan rumah.

Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Sekretaris Daerah Sultra Usnia mengatakan, saat ini pihaknya sedang merancang Peraturan Gubernur (Pergub) untuk menanam cabai di 17 kabupaten/kota.

"Insya Allah dalam waktu dekat ini Pergubnya sudah keluar. Pemerintah pusat menginstruksikan kepada seluruh 17 kabupaten/kota agar mau menanam cabai minimal di halaman masing-masing masyarakat," kata Usnia.

Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra Dapil Sultra Bahtra berharap gerakan menanam cabai yang digalakkan BI Sultra dapat dilakukan secara masif di seluruh daerah Sulawesi Tenggara sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan cabe secara mandiri.

"Ini yang dibutuhkan langkah konkrit untuk menekan inflasi karena kita tahu sendiri kan pertumbuhan ekonomi kita cukup bagus terutama di Sultra bahkan melampaui nasional, tetapi kalau kita tidak berbanding lurus dengan penekanan inflasi maka tetap akan masih memberatkan masyarakat ke bawah," kata Bahtera yang juga menghadiri peluncuran program tersebut.
 

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024